Minggu, 08 Juli 2018

TIPE ORANG TUA MENDIDIK ANAK

ORANG TUA BUKAN POLISI

Orang tua bukan polisi yang hanya bertugas mencari kesalahan orang dan menghukumnya. Bukanlah lebih baik mencari kebaikan anak dan memberinya pujian?

Menjadi polisi menakutkan

Menjadi "polisi" bagi anak merupakan tindakan salah tapi kaprah. Salah karena tindakan itu sudah terlambat, anak sudah melakukan kesalahan baru diributkan. Kaprah karena tindakan ini paling sering dilakukan oleh kebanyakan orang tua, baik ibu maupun ayah. Mereka baru bertindak ketika kesalahan telah dilakukan oleh anak., bukan mencegah, mengarahkan dan membimbing sebelum kesalahan terjadi.


Sebelum membuat aturan, orang tua hendaknya mempertimbangkan tingkat perkembangan kejiwaan anak,jangan diukur dengan ukuran orang dewasa. Orang tua hendaknya menyadari bahwa dunia anak jauh berbeda dengan dunia orang dewasa. karena ketika menetapkan, apakah perilaku anak dinilai salah atau benar, patuh atau melanggar, jangan sekali-kali menggunakan tolok ukur orang dewasa. Orang tua bukan polisi.

Positif dan negatif tak seimbang


Para polisi kesiangan ini adalah orang tua yang lupa tidak memberikan perhatian  positif ketika anaknya berbuat baik. Tidak memberikan pujian, ciuman, senyuman, anggukan kepala, bahkan menoleh pun tidak, ketika anaknya mandi tepat waktu, ketika sarapannya habis tak bersisa, ketika membuang bungkus permen di tempat sampah, atau ketika sesekali menutup pintu dengan pelan.

yang mereka perjatikan ketika anak membanting pintu, menumpahkan minuman di lantai, mengotori dinding dengan kakinya, terlambat mandi, lupa membereskan mainan, membiarkan sikat gigi kotor di bak mandi, handuk yang tak tergantung di tempatnya, dan masih berderet-deret lagi kesalahan yang terlihat. Kesemuanya ini disambut dengan perhatian negatif, berupa teguran, kata-kata keras, ancaman-ancaman hingga hukuman.

Yang terjadi akhirnya ketidak seimbangan perhatian positif dan negatif. Terlalu banyak perhatian negatif tidak sebanding dengan sedikitnya perhatian positif.

Menjadi penentang, penggoda atau selalu terlambat?


ada kemungkinan reaksi anak dalam menghadapi orang tua yang berperan sebagai polisi tadi. Kemungkinan pertama, anak-anak akan belajar untuk selalu menjadi penentang sebisa mungkin mereka mengelakkan  dari kekuasaan orang tua.

Dari kelompok penentang ini dikelompokkan menjadi 3 tipe:
Pertama Tipe penentang aktif. Mereka menjadi keras kepala suka membantah dan membangkang apasaja kehendaknya orang tua. Merka marah karena orang tua tidak menghargai dirinya sebagai manusia. Untuk melawan jelas tak bisa, karena sang "polisi" punya kekuatan besar. Mereka akan seneang jika orang tua menjai jengkel dan marah karena ulahnya. Semakin bertambah emosi orang tua semakin senang mereka, bahkan rela dihukum asal bisa membuat orang tua jengkel.

Bisa jadi anak itu memang menangis kesakitan sewaktu hukuman ditimpakan kepadanya. Tapi percaya atau tidak, ada perasaan puas melihat "polisi" jengkel dan kalang kabut.  Kalaupun mereka tak kuat menahan hukuman, mereka akan mencari cara lain untuk membuat marah orang tua!

Kedua tipe pemberontak dengan cara halus.  Sadar bahwa tubuhnya tak mampu menandingi kekuatan "polisi" yang tak lain orang tuanya sendiri, mereka memilih sikap diam, tapi tidak juga mengikuti perintah. Seperti saat ibu mengajar udin untuk selalu buang air di WC. Gaya ibu yang main perintah seperti polis membuat udin semakin senang membuang air di celana.

Ketiga tipe selalu terlambat. anak-anak seperti ini baru mau mengerjakan suatu peritah setelah terlebih dahulu melihat orang tuanya jengkel, marah dan mengomel karena kemalasannya.Untuk menghabiskan semangkuk nasi saja mereka butuh waktu satu jam, itupun harus diiringi dengan omelan ibunya, secara terus menerus. Ibu harus pula mengikuti keman perginua si anak untuk menyuapinya. Mereka akan pergi mandi beberapa minit sebelum maghrib, setelah ibunya capai teriak-teriakmenyuruh mandi semenjak usai ashar.

Mereka sering kali tergopoh-gopoh saat berangkat sekolah, bahkan mereka terlambat. Bukan karena terlampau banyak pekerjaan yang harus mereka selesaikan tetapi mereka sengaja terlambat. Kalau bangun pagi beberapa menit labih awal, ternyata masih tetap terlambat. Karena mereka sudah terbiasa menunda-ninda pekerjaandan baru kelabakan saat jam berangkat telah tiba.


Sumber : Buku Mendidik Anak Dengan Cinta
Penulis : Irawati Istadi
Penerbit : Pustaka Inti

0 comments:

Posting Komentar

Bunda Dan Ananda © 2008 Template by:
bunda dan ananda