Dibalik kegurihan dan kesegaran ikan asin, bisa-bisa ada zat
berbahaya formalin yang terkandung di dalamnya. Dari penelusuran baru-baru ini,
beberapa produsen ikan asin nakal mencampuri formalin kedalam ikan itu dengan berbagai macam alasan.
Sekitar tiga tahun yang lalu kita dikagetkan dengan isu tahu
berformalin. Setelah ditelusuri Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM),
ternyata tidak hanya tahu dan tempe yang mengandung formalin, baso pun
demikian. Formalin memang bukan barang baru yang dipakai oleh produsen nakal
untuk mengawetkan makanan. Zat untuk
mengawetkan mayat ini sudah dikenal di kalangan pedagang sejak tahun 1980-an.
Dari penelitian Harian Kompas dan Sucofindo akhir tahun 2005
tentang ikan asin berformalin, ditemukan kesimpulan sebagai berikut : sampel
ikan asin dari Pasar Jati Negara, Jakarta Timur, memiliki akndungan formalin
2,36 mg kg. sampel ikan asin dari Pasa Kebayoran Lama, Jakarta Selatan,
dipastikan mengadung formalin 29,02 mg kg. sampel ikan asin dari Pasar Keramat
Jati, mengandung formalin dengan kadar 48,47 mg kg. bahkan, sampel ikan asin
yang diambil dari Pasar Palmerah, Jakarta Barat, ternyata memiliki kadar
formalin tinggi, 107,98 mg kg. tidak ketinggalan, ikan asin yang beredar di
pasar modern, termasuk hypermarket,
ternyata juga menunjukkan kandungan formalin 51 mg/kg.
Sebelumnya banyak orang menduga penggunaan formalin sudah
tidak ada lagi, ternyata dugaa itu salah. Masih ada beberapa pengasin (istilah
untuk produsen ikan asin) memakai formalin untuk mempercepat pengasinan itu.
FORMALIN
Bertolak dari keingintahuan itulah, maka ditelusuri lagi
salah satu tempat pengasinan ikan di Jakarta. Aktivitas di tempat itu banyak
terjadi pada malam hari, mulali dari datangnya ikan dari perahu-perahun besar
hingga pelelangan. Setibanya di tempat itu, kita dibuat kesulitan mendapatkan
informasi mengenai oknum yang melakukan pengasinan ikan dengan formalin. Semua orang
tutup mulut dan tidak mau bercerita. Secara tidak sengaja, ada seorang pengasin
mau memberikan informasi. Kita sebut saja namanya Huro lelaki yang sudah 20
tahun menjadi pengasin ikan ini mau berbagi cerita. Awalnya ia mengaku tidak tahu menahu mengenai
formalin. Namun Huro akhirnya mencoba menggunakan formalin empat tahun yang
lalu melalui sorang teman. “Kata teman saya, kalau ditambahkan formalin, ikan
akan lebih awet,” terangnya.
Terlebih jika musim hujan tiba, para pengasin biasanya
bingung mengeringkan ikan asin. Dalam kondisi seperti itu, formalin bisa
diandalkan. “Jadi tidak usah menunggu matahari, “ Kata Huro.
Ia menceritakan pengalamannya saat musin penghujan. Huro
harus mengeringkan lebih dari 200 kilogram ikan. Pagi sekali ia sudah menjemur
ikan-ikan itu di dekat rumah.
Tiba-tiba hujan lebat, padahal jam dinding baru menunjukkan
pukul 10.00 WIB. Ia tergopoh-gopoh menutupi ikan asin itu dengan plastic besar.
Walau tak basah semua, ikan itu baru bisa dijual satu minggu kemudian karena
lembap. Padahal jika matahari bersahabat, Huro hanya butuh waktu dua hari untuk
mengeringkan ikan-ikan itu.
Dari segi bisnis, semakin cepat ikan itu kering, tentu
semakin cepat pula Huro mendapatkan untung.
KANKER NASOFARING
Penggunaan formalin pada makanan jelas berbahaya. Menurut dokter Alyya sidiqqa, formalin dengan kadar melebihi
14 mg yang dikonsumsi setiap hari bisa menimbulkan nyeri perut, muntah, diare,
hipotensi, koma, hingga gagal ginjal akut. Sesuai keputusan Food And Drug Administration
(FDA) atau lebih dikenal dengan BPOM international, formalin tidak boleh
digunakan untu mengawetkan makanan. “Hanya boleh digunakan untuk anti bakteri
saja.” Jelas Alyya.
Ia yakin masyarakat Indonesia tidak bisa lepas dari formalin
atau mungkin banyak yang sudah pernah mengonsumsi formalin. Alyya mengajak para
ibu untuk tidak khawatir dan ketakutan. Pasalnya, jika kadar yang masuk ke
dalam tubuh 1,5 mg hingga 14 mg per hari, formalin ini tidak membahayakan kita.
Formaldehid (zat yang terkandung dalam formalin) yang kita
konsumsi tidak akan mengendap di dalam lemak di tubuh kita. Ini artinya kita
boleh lega, karena resiko penyakit semakin sedikit. Lalu ke mana perginya? Formaldehid
itu masuk melalu saluran cerna (makanan dan minuman) lalu diserap melalui
jaringan tubuh seperti usus, hepar, dan otot. Pada kadar yang rendah sperti
yang telah dijelaskan diatas, fomal dehid akan dioksidasi (proses pengolahan di
dalam tubuh) menjadi asam format dan beberapa metabolit lainnya. Setelah itu
akan dikeluarkan dari tubuh berupa urin.
Tapi bukan berarti ibu tidak perlu waspada dengan formalin. Dari
penelitian, formalin bisa mengakibatkan kanker nasofaring (belakang hidung). Pemicunya
adalah inhalasi (pernapasan). “Zat fomaldehid yang terhirup itu biasanya
berasar dari polusi udara hingga cat
rumah,” lanjutnya. Sedang yang masuk ke tubuh manusia secara oral (mulut) kecil
kemungkinan mengakibatkan kanker nasofaring. Kecuali jika orang itu bermasalah
pada organ tubuh seperti kelainan hati dan ginjal. Tentu ketahanan tubuhnya
akan mudah diserang. “Pada kondisi ini kemungkinan kanker bisa saja.”paparnya.
Hingga kini belum banyak penelitian tentang berap lama
seseorang bisa terkena kanker akibat mengonsumsi formalin.
Beberapa pengujian pernah dilakuka pada tikus, hasinya
bermacam-macam.
CARA MEMBEDAKAN :
BAGIAN
|
IKAN
TANPA FORMALIN
|
IKAN
BERFORMALIN
|
Mata
|
Bola mata menonjol, pupil hitam, cerah mengkilat,
kornea selaput mata jernih
|
Bola mata dan bagian hitamnya tenggelam, kornea
keruh, tampak lender kuning yang tebal
|
Insang
|
Warna merah cemerlang, bersih tanpa lender, yang berasal dari
bakteri. Baunya segar
|
Warna merah coklat, coklat tua, dan kelabu, tertutup dengan lender tebal
|
Lendir permukaan kulit
|
Lapisan lender/transparan mengkilap cerah, tidak ada
perubahan
|
Lendir berwarna kuning sampai coklat dan tebal tidak
merata, kecerahan hilang, terlihat warna putih dan lender kering.
|
Daging dan perut
|
Sayatan daging cemerlang dan berwarna asli, sekitar tulang belakang tidak
merah, perut dan dinding perut utuh, ginjal merah terang, bau segar.
|
Warna daging jadi pudar, warna merah sepanjang tulang belakang,
dinding perut membubur, isi perut hancur (warna tanah)
|
Tekstur
|
Padat, kenyal, sulit menyobek dari tulang belakang,
kadang-kadang terasa lunak sesui jenis ikan.
|
Daging sangat lunak, bekas jari tidak mau hilang,
mudah disobek dari tulang belakang.
|
Bau
|
Segar, bau laut
|
Bau busuk, logam, kentang rebus, asam, susu kental, rumput, sabun.
|
Sumber : DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN
SUMBER : SEKAR
1 comments:
salam kenal sebelumnya,, jjur saja saya sneng sekali dengan ikan asin, untuk itu mhon infonya cara membedakan ikan asin yang berformalin itu bisa di lihat dari apanya ?
Posting Komentar