Sering pusing dengan anggaran belanja keluarga yang selalu
kurang? Salah satu solusinya ibu harus membuat anggaran belanja secara
tertulis. Mau tahu caranya? Berikut uraian…
Setiap awal bulan, Tuning (35) selalu sibuk berhitung.
Sebagai “manajer keuangan” keluarga , ibu dua anak ini harus membuat pos-pos
pengeluaran yang tepat agar anggaran belanja tidak kebobolan. Mulai dari
belanja bulanan wajib, belanja harian, dan air, sampai iuran kebersihan. Semua
tersimpan rapi dalam amplop-amplop dan tidak lupa diberi tanda. Tampaknya semua
sudah dicatat dengan cermat oleh Tuning. Tapi pengeluaran keluarga tetap jebol.
Di mana letak kesalahannya?
Menurut praktisi keuangan dan bisnis dari Decision, Godo
Tjahyono, SE, MSi, RFC, setiap keluarga wajib memiliki anggaran pengeluaran.
Gunanya agar kita bisa mengontrol berapa pengeluaran setiap bulan. Tidak hanya
pengeluaran belanja bulanan tetap saja yang dicatat, tapi juga pengeluaran
tidcak tetap lainnya seperti anggaran untuk kesehatan, liburan, belanja,
perawatan rumah, bahkan sumbangan dan arisan. Untuk itu penting sekali membuat
anggaran dalam setahun sepaya pengeluaran –pengeluaran tidak wajib dalam satu
bulan juga tercatat.
“Seringkali orang merasa bhwa gajinya sudah cukup untuk
menutupi pengeluarannya setiap bulan. Padahal, dia lupa bahwa dia belum
mencatat berapa dana yang dibutuhkan untuk pengeluaran –pengeluaran ini
biasanya baru terlihat jika kita membuat anggaran dalam setahun,” jelas Godo.
Berdasarkan anggaran keluarga yang telah disuse, pengeluaran
akan lebih mudah dikendalikan. Caranya ? buatlah terlebih dahulu rincian
pengeluaran setiap bulan, setelah itu baru sesuaikan dengan pendapatan. “Kalau
ada yang mau ditabung, sebaiknya pisahkan dulu dari pendapatan,” tambahnya.
Besar kecil gaji bukan merupakan dasar penentu cukup
tidaknya uang belaja keluarga tiap bulan. Justru kalau ternyata pengeluaran kita lebih besar dari
pendapatan, berarti belanjanya yang harus dikurangi dan disesuaikan. Belanja
dahulu baru mengadakan perhitungan sangat tidak disarankan.
“Semua yang mau dibeli harus sesuai dengan apa yang sudah
direncanakan. Intinya selam tidak melebihi bujet yang sudah disusun, silahkan
saja belanja. Tapi kalau uangnya belum cukup dan belum ada, jangan mengambil
dari pos lain. Kecuali jika memang ada sisa di akhir tahun, ya anggap saja
sebagai bonus,” jelas Godo.
JIKA PENGHASILAN TIDAK TETAP
Karena pos pendapatan tiap bulan sudah jelas, mereka yang
berpenghasilan tetap seperti pegawai, tentu akan lebih mudah membuat anggaran
belanja keluarga dan mengatur pengeluarannya. Biasanya akan lebih sulit membuat
anggaran belanja bagi mereka yang berpenghasilan tidak tetap. Tapi bukan
berarti tidak bisa dibuat. Perlu diketahui oleh ibu, penghasilan boleh tidak
tetap, tapi pengeluaran rutin harus tetap.
Merurut Godo, berikut beberapa kiat yang bisa anda lakukan
untuk mengatur keuangan keluarga bagi mereka yang berpenghasilan tidak tetap :
- Siapkan dana darurat yang besarnya 3-12 kali penghasilan atau pengeluaran bulanan. Untuk mereka yang memiliki penghasilan tidak tetap dan bisnisnya sedang dalam kondisi normal, biasanya 6 kali pengeluaran bulanan menjadi patokan besarnya dana darurat yang harus dipersiapkan.
- Tentukan jumlah pengeluaran rutin, cicilan rutin, dan tabungan rutin. Diskusikan dengan pasangan mengenai beberapa jumlah yang realistis untuk masing-masing pengeluaran. Misalnya pengeluaran rutin untuk transportasi, belanja kebutuhan sehari-hari, belanja bulanan, rekreasi, sumbangan, asuransi, gaji pembantu, pakaian pengobatan dan sebagainya.
- Sekalipun penghasilan tidak tetap, pengeluaran rutin harus dicatat. Dalam mengelola arus kas bulanan untuk belanja, kita dapat mendatangi pasar grosir tradisional sekitar dua kali dalam sebulan. Misalnya untuk membeli beras, susu bubuk, dan barang-barang yang lebih murah bila dibeli lusinan atau dalam kemasan besar. Sedangkan untuk keperluan sehari-hari seperti memasak, belilah di warung terdekat yang harganya tidak jauh berbeda dengan pasar tradisional.
- Untuk barang tahan lama seperti pakaian atau elektronik, rencanakan waktu tertentu untuk membelinya, jangan mendadak saat pegang uang. Siapkan dana menjelang lebaran untuk berbelanja pakaian karena biasanya saat itu banyak diskon. Pakaian bisa dibeli misalnya 3-6 bulan sekali, dengan mencari tahu kebiasaan toko favorit kita gelar diskon. Untuk barang-barang elektronik sepert HP, TV kulkas, atau mesin cuci, upayakan selalu dah tersedia dana tunai ketika akan membeli. Jangan biasakan berutang atau kredit untuk barang-barang ini.
- Disisi penghasilan tentukan penghasilan minimum yang bisa didapat dalam kondisi normal. Misalnya bahwa dalam setiap bulan ada penghasilan minimum tertentu yang bisa diperolah. Ada istilah “seapes-apesnya atau sesial-sialnya saya dapat uang sekian.” Prediksi ini biasanya masih dibawah kebutuhan untuk pengeluaran rutin bulanan.
- Buat “rencana penampungan” tabungan ini berfungsi sebagai dana cadangan ketika penghasilan lebih sedikit dari pengeluaran. Rekening ini sebaiknya dibuat pada bank yang memiliki fasilitas ATM yang cukup mudah dijangkau. Besarnya rekening penampungan umumnya adalah : 2 kali jumlah (tabungan rutin +cicilan rutin +pengeluaran rutin-penghasilan minimum)
- Bila penghasilan dibulan tertentu lebih kecil dari tabungan rutin+cicilan rutin+pengeluaran rutin, dana utnuk menutupnya dapat diambil dari rekening penampungan. Sebaiknya bila penghasilan pada bulan tertentu lebih besar dari tabungan rutin +cicilan rutin+pengeluaran rutin, sisanya dapat digunakan untuk mengembalikan posisi dana di rekening penampungan. Harus diingat bahwa dana pada rekening penampungan terus diupayakan stabil pada jumlah sesuai rumus atau posisi ideal tersebut.
Dengan penghasilan antara Rp 3.000.000 sampai Rp 12.000.000
per bulan dalam tahun tersebut, arus kasnya menjadi seperti table dibawah ini.
Berikut
ini adalah simulasi pengaturan arus kas pada sebuah keluarga yang memiliki
penghasilan tidak tetap :
Misalnya
Prediksi
penghasilan minimum per bulan = Rp
3.000.000
Prediksi
penghasilan maksimum per bulan = Rp
12.000.000
Tabungan
rutin per bulan
= Rp 1.250.000
Cicilan
rutin perbulan
= Rp 750.000
Pengeluaran
rutin perbulan
= Rp 6.000.000
Maka
posisi idela rekening penampungan adalah
2 x
(Rp 1.250.000 + Rp 750.000 + Rp 6.000.000- Rp 3.000.000)
=
Rp 10.000.000
|
BELANJA BULANAN ATAU HARIAN
Lalu bagaimana sebaiknya pola belanja yang kita jalankan?
Apakah akan lebih hemat secara bulanan, mingguan, atau harian? Menurut Godo,
ada beberapa hal yang bisa menjadi pertimbangan sebelum anda memutuskan
berbelaja. Hal ini berlaku bagi mereka yang berpenghasilan tetap dan tidak
tetap.
- Produk –produk yang dipakai rutin atau dalam jangka panjang, sebaiknya dibeli secara bulanan. Misalnya beras, minyak goreng, gula, teh, kopi, perlengkapan pemberih rumah seperti larutan pel, pemberih kamar mandi, dan sebagian besar perlengkapan mandi dan sabun cuci.
- Produk makanan kaleng dan susu bubuk juga sebaiknya dibeli secara bulanan atau dalam porsi lebih besar. Biasanya barang-barang ini akan lebih murah jika dibeli dalam kemasan yang besar.
- Bahan makanan seperti daging, ikan dan sayuran segar, sebaiknya dibeli secara harian saja, apalagi jika dirumah tak ada kulkas yang cukup memadai.
- Perhatikan juga masalah transportasi, karena jangka waktu kunjungan ke pusat belanja ikut mempengaruhi penambahan jumlah pengeluaran belanja.
- Catat seluruh pengeluaran belanja anda dan patuhlah sesuai daftar yang dibuat. Hal ini berguna agar bujet anda tidak jebol.
- Bawa uang tunai sesuai dengan kebutuhan belanja, ditambah ongkos perjalanan, atau uang parkir. Hal ini bisa menjadi salah satu cara menghindari pemakaian ATM, kartu kredit, danjuga kartu kredit yang membuat anggaran belanja jadi melebihi bujet.
- Makanlah terlebih dahulu sebelum berbelaja ke supermarket untuk menghidari keluarnya biaya tambahan. Perut kenyang belanja pun lebih focus.
- Saat tiba di pusat perbelanjaan, langsung focus pada daftar belanjaan. Pergilah tempat kebutuhan pokok, diikuti dengan peralatan kebersihan dan perawatan diri. Juga kebutuhan bulanan yang tidak awet, atau tidak mudah basi.
- Jangan membawa anak saat berbelanja. Karena anak sering kali mempengaruhi pembelanjaan dadakan yang tentu bisa menambah biaya pembelanjaan.
CONTOH TABEL
ANGGARAN KELUARGA
RENCANA
ANGGARAN
|
PERBULAN
|
PERTAHUN
|
Tabungan rutin
|
500.000
|
6.000.000
|
Cicilan rumah
|
300.000
|
|
Cicilan kendaraan
|
500.000
|
6.000.000
|
Anggaran belanja “ayah”
|
750.000
|
9.000.000
|
Anggaran belanja
“ibu”
|
2.400.000
|
28.800.000
|
Buku
|
500.000
|
|
Perawatan kendaraan
|
600.000
|
|
Pengobatan di luar tanggung jawab kantor
|
300.000
|
|
Sumbangan tidak rutin misalnya pernikahan
|
500.000
|
|
Barang rumah tangga
|
500.000
|
|
Perawatan rumah
|
500.000
|
|
Pakaian dan mainan anak
|
800.000
|
|
Rekreasi
|
800.000
|
|
Infaq/bantuan keluarga
|
300.000
|
|
Total
|
58.000.000
|
|
Pendapatan pertahun (tidak termasuk THR)
|
60.000.000
|
|
Pendapatan setelah zakat
|
58.500.000
|
|
Rincian bulanan
|
||
*anggaran ayah
|
||
Uang saku
|
300.000
|
|
Transportasi
|
450.000
|
|
Total
|
750.000
|
|
**anggaran ibu
|
||
Listrik, air, telpon, pula hp ibu
|
400.000
|
|
Belanja bulanan
|
500.000
|
|
Belanja harian
|
600.000
|
|
Gaji pembantu
|
300.000
|
|
Uang sekolah anak
|
300.000
|
|
Uang saku ibu
|
300.000
|
|
Total
|
2.400.000
|
0 comments:
Posting Komentar