Rabu, 20 Juni 2012

ANAK DAN GAME


ANAK KETAGIHAN GAME, HENTIKAN DARI SEKARANG!
Normalnya anak usia 3-4 tahun sudah mulai tertarik dengan aktivitas bersosialisai, bermain bersama teman sebayanya. Namun, di kota-kota besar salah satunya Jakarta, dengan tingkat social ekonomi yang semakin tinggi dan kedua orang tua yang bekerja, banyak orang tua yang tak ingin anaknya bermain keluar rumah, dengan alasan keamanan. Tanpa menyadari, banyak orangtua justru seperti mengarahkan anaknya untuk diam di rumah saja dengan pengasuhnya. Jika pun tidak dengan pengasuhnya, dirumah disediakan sedemikian rupa alat bermain, salah satunya video game/ PS. Karenanya video game menjadi mainan yang paling member daya tarik bagi si anak. Ketertarikan karena factor pergaulan juga. Seperti teman-teman sekolahnya bercerita bahwa mereka telah memainkannya, atau  ia pernah diajak bermain. Karenanya tak heran saat mereka punya sendiri dan menemukan keasyikan memainkannya dibanding dengan mainan lain, maka tv game ini jadi pilihan yang paling ditunggu anak setiap hari.
Kalau sudah begini tak heran jika anak mulai keranjingan. Biasanya orangtua terlambat menyadari bahwa anaknya sudah begitu “keranjingan” konsol game ini. Orang tua pun tidak sejak awal menetapkan aturan bermain konsol ini. Umumnya cukup banyak juga orangtua yang mengalah karena rengekan anak yang memaksa bermain. Di sisi lain, ada orangtua yang merasa “aman” membiarkan anaknya bermain konsol permainan itu karena melihat mereka asyik dan anteng saat sedang memainkannya.
Dapat Mempengaruhi Aspek Afeksi
Apakah anak yang “kecanduan” game tak bisa bersosialisasi dengan anak lain? Anak yang “kecanduan” game tetap bersosialisasi karena kadang ada yang kerap, bermain bersama temannya. Tapi tetap saja focus perhatiannya pada konten games yang ada di konsol. Bukan pada interaksi dengan temannya.
Terkain aspek social, bermain konsol game tentu mengurangi kesempatan anak mengembangkan keterampilan sosialnya. Begitu juga dengan aspek kognisi. Konsol game ini tidak sepenuhnya signifikan melatih sisi kognisis anak. Hanya ketika anak mulai terfiksai (tertari sangat kuat) dengan satu konten yang sama seperti peperangan atau perkelahian misalnya, maka hal-hal yang terkain konten itulah yang akan menjadi perhatiannya. Efek konsol game lebih terkain erat dengan aspek afeksi anak. Jika konten game lebih banyak memuat agresivitas, tanpa disadari oleh orangtua, anak-anak sebenarnya sedang belajar bagaimana mengadopsi agresivitas itu menjadi bagian dari perilakunya.
Hal ini umumnya ditemukan pada anak-anak yang mulai melawan orang tua keika dilarang bermain konsol. Meski orang tua menganggap perlawanan anak sebagai respon yang wajar, orang tua harus lebih jeli membedakan mana respon yang wajar atau bukan.
Antisipasi
Jika sudah lebih jeli, orangtua bisa mengubahnya dengan melakukan langkah-langkah yang tepat. Direntang usia 3-5 tahun, anak sebenarnya memiliki keingintahuan dan ketertarikan yang besar terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, orang tua harus mulai memerhatikan berapa banyak waktu yang digunakan anak setiap harinya dalam bermain konsol game.
Jika dirasa telah melewati toleransi waktu yang diberikan, orangtua harus mulai memberlakukan aturan konsisten untuk penggunaannya. Toleransinya, tidak dimainkan setiap hari dan sepanjang waktu (dari pagi sampai siang/siang sampai sore). Jangka waktu yang baik untuk menonton televise saja adalah 2 jam sehari. Apalagi bermain konsol game. Pada dasarnya anak-anak usia 3-5 tahun sudah mulai bisa diajarkan tentang aturan dan disiplin, meski kontrolnya masih harus dari pihak eksternal, misalnya dari ayah, ibu atau orang dewasa lainnya yang ada di rumah.
Jika orang tua ingin menghentikan kebiasaan bermain konsol game, ada baiknya untuk penghentian drastic dibandingkan dengan penghentian bertahap. Antisipasi ini memiliki keuntungan dan kerugian. Penghentian bertahap member peluang lebih besar untuk memperlama ikatan anak dengan konsol game dan member waktu bagi mereka untuk mencari alasan dan strategi agar bisa tetap diizinkan bermain. Sedangkan untuk penghentian secara drastic memang akan menghasilkan perlawanan luar biasa dari anak. Sebelum melakukannya, sampaikan pada anak tentang rencana penarikan konsolnya. Katakana, mislanya : “Nak, mamah sedih lihat kamu terlambat makan /tidur terlalu malam karena asyik main itu. Mamah juga sedih karena kamu tidak mendengar kata-kata mamah selagi kamu asyik main game.” Lakukan pembicaraan seperti itu di waktu santai, saat dia sedang tak bermain PS. Lalu lihat bagaimana reaksinya.
Jika anak menyanggupi dan “berjanji” mengurangi tapi tetap minta izin bermain, beri kesempatan ia untuk membuktikan janjinya. Jangan lupa tekankan padanya, jika janjinya dilanggar konsekuensinya adalah penarikan konsol. Pastikan bahwa konsekuensinya ini dilakukan secara tegas dan konsisiten. Sebagai alternative penggantinya, carikan kegiatan atau permainan yang lebih memiliki edukatif. Masukkan anak ke kursus bakan dan minat, atau fisik seperti klub sepakbola atau beladiri dan lainnya.

sumber :http://episentrum.com/anak-2/anak-ketagihan-game-hentikan-dari-sekarang/

0 comments:

Posting Komentar

Bunda Dan Ananda © 2008 Template by:
bunda dan ananda