Selasa, 13 Juli 2010

MEMILIH JENIS KELAMIN BAYI


KIAT MEMILIH JENIS KELAMIN CALON BAYI, LAKI-LAKI ATAU PEREMPUAN?

Banyak mitos beredar seputar cara memilih jenis kelamin calon bayi yang akan dilahirkan.

Ada yang bilang, mengonsumsi jenis makanan tertentu dan gaya bercinta yang spesifik turut andil. Pendapat lain mengatakan, jika ingin bayi laki-laki, sebelum bercinta suami harus mandi air dingin dulu. Manakan cara yang tepat? Simak paparan berikut.

Sejak dulu banyak orang sibuk merumuskan cara memilih jenis kelamin calon bayi. Tak heran jika di era supermodern sekarang, banyak pendapat tentang hal itu berkembang di masyarakat. Beberapa diantaranya lebih berupa mitos. Namun, ternyata, dunia kedokteran puntak kalah serunya menelaah maslah ini. Salah satunya denganmelakukan pendekatan melalui teori pemilihan jenis kelamin pada proses fertilisasi (pembuahan). Jenis kelamin bayi ditentukan ketika bertemunya sel sperma yang membawa unsure X dan Y dan sel telur membawa unsure X.

Saat sel telur yang membawa unsure X dibuahi oleh sel sperma yang membawa unsure X, akan lahir bayi perempuan. Sedangkan bayi laki-laki akan lahir jika sel terlur yang membawa unsure X dibuahi sel sperma membawa unsure Y. Menurut dr. Andon Hestiantoro, SpOG (K), ada hal yang harus ditekankan sebelum suami istri melakukan program pemilihan jenis kelamin calon bayi mereka.

Pasangan suami istri harus tahu karakteristik sel sperma dan sel telur. Sel telur membawa unsure X, sedangkan sel sperma membawa unsure X dan Y. Jadi, seperti melempar koin mata uang, kesempatannya sama memperoleh bayi laki-laki atau perempuan,” jelas staf pengajar di DEpartemen Obstretri dan Ginekolog Fakulatas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Namun menurut Direktur Klinik Yasmin RSCM Jakarta ini, ada karakteristik kelompok sel sperma yang berbeda. Disamping ada sel sperma yang mebawa unsure X dan Y, ada jug asel sperma yang hanya membawa unsure X. “Jika karakteristik sel spermanya diketahui, misalnya banyak mengandung unsure X, berarti kesempatan memiliki anak perempuan lebih besar. Sapai kapanpun, pasangan ini akan mendapat bayi perempuan,”imbuh dokter kelahiran Medan, 27 November 1960 ini. “Namun, tak perlu khawatir, ada cara dilaboratorium untuk mengetahuinya, yakni menggunakan sebuah alat bernama flositometer. Alat ini bisa menilai persentase jumlah sperma yang membawa unsure X dan Y.

Kemudian, pasangan suami-istri juga dibekali pengetahuan tentang perbedaan cirri-ciri sel sperma yang membawa unsure X dan Y. Ciri yang mencolok, sel sperma membawa unsure Y lebih ramping sehingga mampu berenang lebih cepat. Sayangnya, umurnya lebih pendek, yakni 1 hingga 2 kali 24 jam. Sedangkan sel sperma dengan unsure X bentuknya lebih besar, berenangya lebih lambat, tetapi umurnya lebih panjang 3 hingga 5 kali 24 jam. Pengetahuan ini harus dimengerti pasangan yang hendak melakukan program memilih jenis kelamin calon bayi mereka.

Yang tak kalah pentingnya, istri harus tahu masa suburnya yang hanya terjadi sesaat, yakni saat sel telur pecah (ovulasi) dan menunggu di saluran telur. “Biasanya ovulasi terjadi pada hari ke-14 setelah menstruasi. Sel telur hanya menunggu 1 kali 24 jam di saluran telur. Berarti, kalau menginginkan anak laki-laki, pembuahan harus terjadi tepat saat ovulasi. Sebaliknya, kalau ingin anak perempuan, pembuahan harus terjadi 3 hingga 4 hari sebelum masa subur,” papar suami dr Sawitri Parmiati, SpRas ini. Untuk mengetahui masa subur dapat menggunakan alat LH (Luteinizing Hormone) atau SBB (Suhu Basal Badan) yang bisa diperolah di apotek.

Lantas, apakah ada batasan usia utnuk melakukan program memilih jenis kelamin calon bayi? Setiap pasangan suami-istri, berapa pun usia mereka, dapat melakukannya. Program ini dimulai saat mengunjungi dokter kandungan, lalu dokter akan menentukan masa ovulasi istri. Kemudian dokter akan memilih sperma yang membawa unsure X dan Y. Setelah masa subur diketahui, istri disuntik obat pemicu pecahnya sel telur. Lebih kurang 24-36 jam kemudian sel telur akan pecah. Saat itulah sperma dimasukkan ke dalam rahim menggunakan alat. “Tidak perlu takut, proses inseminasi dengan pemilihan jenis kelamin ini tidak sakit dan tidak menggunakan pembiusan. Tidak ada pantangan bagi pasien. Yang terpenting, pasien dapat kembali beraktivitas dan tetap melakukan hubungan intim. Meski demikian, sebaiknya pasien kembali berhubungan suami-istri setelah 3-4 hari sesudahnya.

Selain itu dokter pehobi bermusik danmembaca ini menjelaskan program bertilisasi invitro (bayi tabung). Cara pertama, sel telur diambil saat masa subur. Sementara sperma dipilah, mana yang membawa banyak unsure X dan Y. pembuahan dilakukan diluar rahim (semacam cawan) dengan cara menyuntikkan sperma yang membawa unsure kromosom yang dikehehndaki ke sel telur sehingga pembuahan terjadi. Cara kedua, adalah dengan menmpertemukan beberapa sel telur dengan sel sperma sehingga menjadi embrio, lalu dipilah jenis kelaminnya dan embrio yang dikehehndaki dimasukkan ke dalam rahim.

Bagaimana dengan beberapa mitos yang sering kita dengar tentang cara memperoleh bayi laki-laki atau p[erempuan? Ayah Kresno Adityowibowo dan Indah Saraswati inisempat menyebutkan beberapa mitos. Diantaranya, jika ingin punya bayi laki-laki suasana vagina harus basa, sehingga banyak orang membasuh vaginaya dengan soda kue. Ada yang bilang banyak makan daging atau makan asinan. Istri harus mencapai orgasme lebih dulu, baru dipancarkan sperma. Atau posisi bercinta berdiri dan menyamping. Sedangkan jika mengingikan bayi perempuan, posisi isteri diatas. Atau istri banyak mengonsumsi makanan manis, sayur, ikan atau melakukan hubunganseks saat bulan purnama. Dan masih banyak lagi. “mitos tersebut mungkin saja benar terjadi, namun saya tidak yakin tingkat keberhasilannya. Inseminasi buatan saja ketepatannya hanya 70%. Tapi saya tidak melarang jika pasangan suami-istri ingin melakukannya,” katanya.

Diakhir p[erbincangan, dr Andon menekankan program pemilihan jenis kelamin ini jangan dilakukan. Pasalnya, jenis kelamin laki-laki atau perempuan pada dasarnya sama saja. Bayi laki-laki atau perempuan sama-sama membahagiakan. Sebaliknya program medis tertentu dipakai pasangan yang memiliki kalainan darah atau kelainan kromosom untuk menhindari anal lahir cacat atau membawa kelainan darah. Yang terpenting adalah cara orangtua mendidik dan mengarahkan anak agar menjadi generasi yang berkualitas.KARTINI

0 comments:

Posting Komentar

Bunda Dan Ananda © 2008 Template by:
bunda dan ananda