Senin, 01 Februari 2010

SINGLE PARENTS SIAPA TAKUT? SINGKIRKAN MITOS, HADAPI KENYATAAN

Siapapun tidak ada yang menginginkan menjadi orang tua tunggal. Apalagi penyebab sinle parentnkarena perceraian. Suara-suara sumbang dan mitos pun menggelinsing ke permukaan.

Ada beberapa situasi yang menyebabkan seseorang menjadi orang tua tunggal (single parent), seperti suami atau istri meninggal dunia, pasangan yang terpisah, pasangan yang menikah kemudian ditinggalkan pasangannya, perceraian, dan lajang yang mengadopsi anak.

Adapun alasan seseorang menjadi orang tua tunggal, ada mitos-mitos yang berkembang di masyarakat yang terkadang membuat bulu kuduk berdiri bahkan ada yang menjadi pembenaran. Padahal mitos yang didengungkan belum tentu kebenarannya. Berikut beberapa mitos yang beredar di masyarakat:

Mitos : anak yang dibesarkan dari keluarga dengan orangtua tunggal akan lebih sulit diatur di sekolah, sering melanggar peraturan dan akan mengalami problem yang serius.
Kenyataan : sejumlah orangtua tunggal telah berhasil membesarkan dan menghasilkan orang-orang sukses. Dengan kerja keras, kasih sayang, disiplin dan keahlian mendidik, orang tua tunggal dapat membesarkan anak yang berkualitas, bertanggung jawab dan sukses.

Mitos : anak yang dibesarkan oleh orang tua tunggal tidak akan pernah memiliki hubungan yang sehat dengan pasangannya.
Kenyataan : anak dari orang tua yang bercerai kelihatannya lebih berusaha keras untuk mempertahankan hubungan dengan pasangannya. Hasil penelitian atas 6000 orang dewasa menunjukkan bahwa 43 % orang dengan latar belakang orang tua yang bercerai memiliki kehidupan perkawinan yang bahagia hampir sama dengan jumlah persentase mereka yang dibesarkan dengan orangtua lengkap.

Mitos : anak dari orangtua tungga; membutuhkan sosok ideal. Lebih cepat ayah/ibu-nya menikah lagi lebih baik.
Kenyataan : keberadan orang tua lengkap hanya akan berati jika hubungan emosional di antara pasangan tersebut sehat. Pada dasarnya, seorang anak lebih menderita hidup bersama dengan orangtua lengkap namun penuh dengan konflik dan hubungan yang tidak sehat, dibandingkan hidup dengan satu orang ayah atau ibu namun memiliki kehidupan yang tenang dan sehat. Orangtua tunggal dengan kemampuan mendidik yang baik dapat mendasarkan seorang anak dengan sukses, tanpa pasangan, yaitu dengan membangun sistem dukungan yang kuat melalui lingkungan teman, sanak saudara, dan tetangga.

Mitos : anak yang dibesarkan oleh orangtua tunggal kurang percaya diri.
Kenyataan : anak dari orang tua tunggal tidak lebih minder dibading rekan-rekan yang memiliki orangtua lengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa income atau pendapatan orangtua menjadi faktor penentu rasa percaya diri anak. Orangtua harus menegaskan anak bahwa identitas mereka tidak berdasarkan atas materi atau apa yang mereka miliki. Rasa percaya diri yang besar membantu anak menolak pengaruh negatif dari teman-temannya dan memberikan mereka keyakinan untuk menhadapi tantangan dan mencoba hal-hal baru.

Mitos : keluarga dengan orang tua tunggal sama dengan broken home
Kenyataan : sebagian orangtua memilih perceraian atau tidak menikah karena ingin menciptakan rumah tangga yang stabil bagi keluarga mereka. Konflik besar dalam perkawinan atau hubungan dengan pasangan justru akan membentuk rasa solidaritas dan kekeluargaan yang tinggi dalam keluarga dengan orang tua tunggal. Sebaliknya dalam keadaan yang sama, anak yang dibesarkan dari orangtua lengkap justru rentan pertikaian besar diantara orangtua, kebutuhan emosional anak seringkali diabaikan, dan anak akan merasa tidak aman atau insecure. Pada orangtua tunggal, mereka lebih dapat fokus terhadap kebutuhan anak. Kemampuan mendidik yang efektif dan hubungan yang sehat adalah dua hal yang dibutuhkan leh keluarga secara keseluruhan

Potensi masalah

Keluarga dengan orang tua tunggal seringkali mengalami berbagai tekanandan masalah yang tidak dialami oleh keluarga yang utuh. Masalah-masalah potensial yang kerap muncul dalam keluarga single parent seperti:

• Masalah izin berkunjung anak
• Efek terhadap anak sebagi akibat dari konflik orangtua yang berkepanjangan
• Berkurangnya waktu yang dilewatkan bersama antara orangtua dan anak
• Akibat dari perceraian terhadap prestasi anak di sekolah dan hubungan nya dengan teman-teman
• Hubungan yang kurang harmonis dengan anggota keluarga baru (jika menikah kembali)
• Reaksi negatif yang akan dilakukan anak ketika orangtua mulai berkencan dengan orang baru atau memulai hubungan baru.


Kekuatan keluarga single parents

• Orangtua tunggal lebih fleksibel meluangkan waktu bersama anak. Orangtua tunggal tidak harus memperhatikan kebutuhan atau jadwal pasangan.
• Keluarga dengan orangtua tunggal lebih memiliki rasa ketergantungan dan lebih dapat bekerjasama dengan baik dalam memcahkan persoalan. Oleh karena orangtua tunggal sangat tergantung pada kerjasama dengan anak mereka maka sangatlah baik jika mengikutsertakan anak dalam proses pembuatan keputusan dan pemecahan persoalan sejak dini. Dengan demikian, anak akan lebih merasa dibutuhkan dan berharap sebagai anggota keluarga. Dalam keluarga dengan orangtua tunggal, setiap bantuan dan kerjasama dengan anak sangatlah dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
• Hidup sendiri memiliki tantangan yang seringkali membutuhkan keahlian dan pengetahuan yangmemadai. Orangtua tunggal akan menemukan kemampuan baru yang tidak mereka ketahui sebelumnya seiring dengan berkembangnya tanggung dan beban yang dialami.
• Keluarga dengan orangtua tunggal dapt memberikan dukungan satu sama lain. Grup atau sekumpulan orangtua tunggal dapat menjadi sumber berharga untuk melakukan aktivitas, sharing, pengembangan kepribadian dan membuka hubungan baru.(ibu&anak no.375



0 comments:

Posting Komentar

Bunda Dan Ananda © 2008 Template by:
bunda dan ananda