Kamis, 27 Juni 2013

MENDIDIK ANAK TANPA EMOSI

Selaras dengan tumbuh kembangnya, pada anak balita biasanya akan mulai terjadi perubahan-perubahan perilaku. Di antaranya adalah muncul sikap penolakan anak terhadap lingkungan sosialnya. Saat keakuan anak-anak ini mulai muncul, mereka mulai ingin membedakan dirinya dengan orang lain. Pada saat itu pula, si kecil mulai mencoba keinginannya sendiri. Perubahan-perubahan ini yang lantas dipersepsi oleh para orang tua bahwa anak menjadi mulai sulit diatur, bandel, maunya sendiri dan sebagainya, yang tidak jarang kemudian sering menimbulkan kerepotan dalam memperlakukan mereka. Kondisi demikian ini, Insya Allah akan mereda seiring dengan bertambahnya usia, berkembangnya kemampuan berpikir dan kemampuan lainnya.

Terkadang emosi kita memang akan ikut terpancing saat menhadapi anak yang “bandel”, suka bertingkah terutama kalau sedang ada tamu. Menahan emosi (kemarahan) memang tidak mudah. Tapi sebagimana tabiatnya, bahwa emosi adalah bagian dari naluri, maka saat keinginan utnuk marah itu muncul tidak harus dipenuhi. Tapi bisa dialihkan atau ditunda (ditahan). Anda harus bisa menakar dan memahami kadar emosi anda sendiri, pada saat kapan dan situasi seperti apa biasanya mucul. Sehingga anda akanlebih mudah untuk mengontrol atau mengendalikannya. Luapan kemarahan hanya akan berdampak buruk pada perkembangan perilaku anak. Bukankah anak balita banyak belajar dari apa yang mereka lihat dan dengar? Rasulullah juga telah mengajarkan bagaimana semetinya memperlakukan anak-anak. Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasululllah SAW menciumi Hasan bin ali dan di dekatnya ada Al-Arqa bin Hayis At-Tamimi sedang duduk. Ia kemudian berkata, “ Aku memiliki sepuluh orang anak dan tidak pernah aku mencium seorang pun dari mereka”. Rasulullah segera memandang kepadannya dan berkata : “Barang siapa tidak mengasihi, maka ia tidak akan dikasihi”. (HR. Bukhari).

Mengasuh dan mendidik anak memang tugas utama ibu, tapi diperlukan juga kerja sama untuk meringankan tugasnya. Sekali waktu ayah membantu atau mengambil alih pekerjaan rumah dan anak-anak dengan mengajak orang-orang terdekat yang bisa diminta bantuannya. Jika mempunyai anak yang ralitif lebih besar, dapat ditanamkan pengerian pada mereka untuk ikut membantu mengelola tugas rumah tangga sehari-hari. Ajarkan prinsip kerja sama dan tanggung jawab sejak dini pada anak, agar ia terbiasa bersikap mandiri, berinisiatif dan dapat diandalkan.

Kelelahan yang sangat juga terkadang bisa menimbulkan stress, sehingga anda gampang sekali marah. Anak-anak pun tak luput menjadi sasran kemarahan anda.lakukan pemilihan aktivitas dengan cermat. Apalagi anda saat ini sedang hamil. Kelelahan, ketidakstabilan emosi akan berefek buruk pada bayi dalam kandungan.

Tingkat kesabaran anda dalam menghadapi anak-anak. Jika tidak dengan kesabaran, bagaimana mungkin akan sanggup menghadapi setiap masalah anak-anak dengan baik dari sejak bangun tidur sampai tidur kembali. Sabar disertai dengan niatan ikhlas hanya semata –mata untuk mencari ridha Allah SWT akan menjadi energy yang luar biasa. Maka, seberat apapun beban dan ujian yang diberikan lewat anak-anak, Insya Allah akan dapat dihadapi dengan ringan. Selai sabar, bertawakallah pada Allah SWT. Tak ada masalah yang tidak ada penyelesaian. Begitu pula dengan persoalan anak-anak. Kadang kita sudah berusaha optimal untu memperlaukan dan memberikan yang terbaik. Tetapi sejatinya hanya Allah jualah yang membukakan mata, hati dan pikiran anak-anak kita untu mau mengerti yang kita inginkan.( Dra(psi).Zulia Ilmawati)

0 comments:

Posting Komentar

Bunda Dan Ananda © 2008 Template by:
bunda dan ananda