Kamis, 02 Mei 2013

RENUNGAN HARI KARTINI

Emansipasi Perempuan Untuk Apa?

Emansipasi seperti apa yang belum dicapai oleh perempuan Indonesia saat ini? Lihatlah sosok tangguh seorang Karen Agustiawan, Presiden dan CEO PT. Pertamina, Mari Elka Pangestu – Menteri Perdagangan Indonesia dan masih banyak lagi perempuan Indonesia berprestasi lainnya bahkan namanya berpengaruh hingga mancanegara. Lalu apa sesungguhnya tantangan seorang perempuan dengan emansipasinya tersebut?

Tantangan terbesar perempuan saat ini ada didalam rumah. Yaitu bagaimana perempuan dengan kesempatan luasnya diluar rumah tetap memiliki kesadaran terhadap tanggung jawabnya sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya dirumah,” jawab Elly Risman, Psikolog dan Pakar Parenting Kita Dan Buah Hati Foundation.

Kita malu mengatakan emansipasi juga semestinya harus terjadi didalam rumah. Peningkatan diri seorang perempuan tidak boleh selalu diartikan pemberdayaan diluar rumah. Sesungguhnya perempuan diberikan rahim dan otak kanan oleh Allah untuk menjadi seorang ibu. Semua orang harus sadar rahim perempuan bumi yang menumbuhkan segala macam untuk dunia ini. Perempuan dengan rahimnya menjadi tiang negara. Jika para perempuan tidak menyadari akan peran sentralnya dalam rumah, apa yang akan terjadi pada sebuah negara? Sebuah negara akan runtuh jika tidak memiliki tiang negara yang kokoh,” tegas Elly Risman lagi.

Elly Risman mengungkapkan, saat menyusui, perempuan memproduksi hormon oksitoksin yang berperan sebagai bonding hormone bagi seorang ibu dengan anaknya. Masa menyusi menjadi masa-masa penting dalam pertumbuhan emosi dan kecerdasan otak seorang anak. Hal ini tentu tak bisa digantikan jika sang ibu menyerahkan pengasuhannya pada orang lain disaat anaknya masih membutuhkan bonding hormone.

Jika seorang anak ditinggal bekerja diluar rumah sejak ia kecil, dimasa menyusui bahkan sesaat setelah ia lahir, bagaimana mungkin akan terjalin bonding hubungan ibu dan anak? Bagaimana mungkin hormon oksitoksin dalam tubuh ibunya bekerja optimal untuk kecerdasan tumbuh kembang anaknya? Karena tugas mengasuh dan mendidik seorang ibu tidak bisa digantikan oleh siapapun.

Jika perempuan selalu mengartikan emansipasi adalah pemberdayaan dan kesetaraan diluar rumah, bagaimana dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang istri dan perempuan didalam rumah? Andai saja para perempuan memahami arti emansipasi yang diperjuangkan RA Kartini yang sesungguhnya. RA Kartini memperjuangkan penafsiran Al-Quran terhadap peran perempuan. Dan ia tidak mengatakan bahwa emansipasi adalah perempuan harus pintar untuk bersaing dengan laki-laki diluar rumah.”

Elly Risman mengingatkan tentang perlunya rekonstruksi sosial, budaya dan pemahaman yang ada dikepala setiap orang mengenai makna emansipasi. Yaitu mengembalikan dan menyadarkan perempuan kepada fitrahnya sebagai bumi bagi anak-anaknya. Jadi, sudahkah kita memahami arti emansipasi sesungguhnya sebagaimana yang diamanatkan RA Kartini? (irm) 

SUMBER: http://www.kitadanbuahhati.com/article/renungan-hari-kartini-emansipasi-perempuan-untuk-apa.html#.UYIEPdiuXTo

0 comments:

Posting Komentar

Bunda Dan Ananda © 2008 Template by:
bunda dan ananda