Jumat, 21 Januari 2011

AKIBAT STRES




STRES BISA SEBABKAN ORANG MENJADI BRUTAL

Hidup manusia tak akan pernah lepas dari permasalahan. Bahkan ada yang mengatakan bahwa masalah merupakan bumbu pemanis yang membuat hidup ini semakin berarti. Sayanya tak semua orang tahan menghadapi masalah. Tak jarang menyebabkan tekanan dan akhirnya menumpahkan kekesalan pada orang lain dengan berperilaku brutal.

Setiap orang yang hidup, pasti pernah mengalami masalah. Namun, tak semua orang dapat menanggapi dengan bijaksana. Seringkali mereka terjebak dalam permasalahannya dan menimbulkan stres sehingga menyebabkan depresi. Banyaknya kasus kriminalitas yang terjadi, salah satunya ketika seoran gibu berusaha membunuh anaknya dengan cara mencekik atau membenamkannya di air hingga meninggal, atau memukuli istri yang meminta uang belanja, merupakan bentuk stres yang berefek negatif.

Apalagi saat ini, stressor (pemicu stres) makin banyak saja. Pekerjaan makin sulit dus penghasilan pun makin berkurang. Sementara harga-harga kebutuhan pokok membumbung terus, semua mahal bahkan hapir tak terjangkau. Akibatnya, pemenuhan kebutuhan pokok tak mencukupi, orang pun stres. Cemas apakah buah hatinya hari ini bisa makan atau tidak, bagaimana esok dan esoknya lagi. Sehingga sedikit saja anak merengek minta jajan, sudah dipukuli dengan brutalnya. Belum lagi yang kena PHK, pengangguran, sementara bebah hidup harus ditanggung, tentunya memberikan tekanan dan stres tersendiri.

Melihat maslah yang membelit Indonesia, Badan Kesehatan Dunia (WHO) bakan telah memprediksi bahwa 2015 kesehatan mental masyarakat Indonesia akan sangat mengkhawatirkan. Jika tidak segera diatasi, makan penyakit mental ini akan semakin meluas di masyarakt seperti layaknya AIDS dan narkoba yang sulit terkontrol. Lebih parah lagi, kaum perempuanlah yang paling rentan mengalami stres.

PEREMPUAN LEBIH RENTAN TERKENA STRES

Menanggapi pernyataan WHO bahwa perempuan paling rentan alami stres, Psikiater Dr. Suryo Dharmono, Sp.Kj tak menampilkannya. “Hal itu disebabkan karena faktor biologis, sosiokultural, dan genetik. Faktor biologis dipengaruhi oleh perubahan hormonal yang berkaitan dengan reproduksi yaitu hormon hipothalamus, dan hipifiseri,” ungkap pria yang berpraktik di RS Ciptomangunkusumo ini.

Faktor sosiokultural ikut berperan karena menurut Suryo, wanita ditempatkan sebagai subordinat yaitu posisi peran yang dianggap tidak dapat mengabil keputusan, tetapi harus bertanggung jawab kepada pemberi keputusan. “ Misalnya anak mau disekolahkan dimana, yang memutuskan ayahnya tapi yang ikut menanggung akibatnya adalah ibunya. Karena ibu yang harus mendampingi anak di sekolah tersebut, belajarnya, bahkan kalau anak gagal ibu yang ditunjuk tidak mampu mendidik dengan baik.”

Tak hanya itu, ibu jugalah yang bertanggung jawab terhadapa keluarga, serta ikut bertanggung jawab terhadap kelanjutan kehidupan sosial dan ekonomi. “Pria dapat mengindari terhadap risiko tersebut, karena kultur lelaki lebih bebas. Sejak kecil laki-laki sudah ditempatkan dalam posisi superior, sehingga mereka tak biasa memikirkan hal-hal yang kecil,” sambungnya. Contohnya, kalau di rumah tidak ada makanan pada hari itu, ibulah yang pontang-panting mencari cara agar anak dan suaminya tetap bisa makan.

Faktor genetik juga memiliki peranan memicu stres. Anak yang orang tuanya pernah mengalami depresi berat seperti skizofrenia, lebih rentan mengalami gangguan serupa terutama bila ada hal yang memicunya. “Namun untuk skizofrenia laki-laki dan perempuan mempunya kerentanan yang sama.

Beberapa waktu lalu kita sempat dikagetkan dengan kejadian ibu yang membunuh bayinya. “Dari sisi kemanusiaan kita akan berpikir kalau ibu itu kejam karena tega membunuh bayinya sendiri. Dan mungkin kita menganggap sebagai tindakan yang tak masuk akal. Hal seperti itu memang ada dan sering terjadi hingga kini, “ungkapnya prihatin. Ibu tersebut menurutnya mengalami skizofrenia dan ada stressor nya, misalnya tekanan ekonomi, atau stres karena suaminya selingkuh, atau munkin juga anaknya bermasalah sehingga rewel berlebihan atau harus mendapat perawatan ekstra yang sangat menguji kesabaran seorang ibu.

Beberapa ahli berpendapat kalau ibu yang menyakiti anaknya mengalami depresi pasca vactum. Terutama bila rentang waktu kejadiannya kira-kira 6 minggu sesudah melahirkan. “Gejala yang nampak yaitu ia merasa tidak mampu, tidak berguna, merasa berdosa karena sudah malahirkan, kemudian timbul pikiran kalau anaknya besar nanti akan merasa berdosa karena tidak bisa merawat. Sehingga lambat laun timbul keinginan untuk membunuh diri dan anaknya daripada hidupnya sengsara, “tutur pria yang mengelompokkan ciri tersebut dalam ciri orang yang alami depresi berat.

Baik depresi ringan atau berat kedua-duanya memerlukan perhatian khusus. Karena bukan mustahil seseorang yang awalnya hanya mengalami depresi ringan, namun karena tidak ditangani dengan serius padahal stres yang dialaminya semakin menumpuk bisa saja meningkat menjadi depresi berat. Karena itulah ditegaskan Suryo bila seseorang mengalmi ciri depresi ringan, maka kita harus segera mengakses pertolongan.

“Bisa dengan sharing (berbagi cerita) ke teman, karena dengan begitu dia akan merasa ada orang yang menemani dirinya. Melakukan hobi jga bisa mengurangi rasa stres, atau bila perlu segeralah berkonsultasi dengan para ahli,” ujarnya. Dengan begitu akan segera diketahui apakah stres yang dialami adalah jenis ringan ataupun berat. “Bila tipenya berat maka dapat melakukan konsultasi sekaligus perawatan.”

Petugas pelayanan jiwa masyarakat juga seharusnya mensosialisasikan pada masyarakat, apa yang seharusnya mereka lakukan untuk mengatasi stres. “Kalau saja hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan jiwa bisa diakses dengan mudah, diinformasikan dengan jelas, disosialisasikan, pertolongannya akan lebih mudah dan akan memperkecil tingkat penderita stres di masyarakat,” ungkapnya tegas.

DEPRESI PENDERITA MELUKAI ORANG LAIN

Stres muncul karena stressor (tekanan) yang disebabkan berbagai macam alasan. Bisa karena masalah ekonomi, ketidakharmonisan dalam keluarga, putus cinta dan lainnya. Diantara faktor tersebut, masalah ekonomi, merupakan pemicu paling berat terhadap munculnya depresi. Contohnya saja seseorang yang baru dipecat dari pekerjaannya, ia biasanya akan mengalami gangguan penyesuaian terhadap situasi baru itu.

“Awalnya mereka akan mengalami gangguan yang sifatnya sementara, misalnya sulit tidur, sulit berkonsentrasi, dan tidak bersemangat. Tapi jika dibiarkan gangguan itu akan meningkat menjadi depresi ringan,” sambungnya. Depresi ringan fobia, psikosomatik (gangguan psikis tetapi tidak ada penyakitnya), misalnya takut dengan masa depan, takut terkena PHK, takut suaminya selingkuh dll.

Selain itu juga bisa menyebabkan gangguan psikosomatik yagn ditandai mudah panik, sesak nafas, sakit maag dan mengalami fobia. Masyarakat pada umumnya menganggap wajar gejala depresi tersebut, karena masih dianggap bukan sesuatu yhang aneh dan bisa terjadi pada siapa saja. Padahal depresi ringan tersebut bila tak segera ditangani akan menyebabkan seseorang mengalami tekanan atau stres yang lebih berarti lagi bakan bisa sampai bunuh diri.

“Namun orang yang menderita depresi ringanumumnya tidak sampai membahayakan orang lain. Berbeda dengan mereka yang mengalami depresi berat yang cenderung bertidak agresif sehingga sering membahayakan orang-orang sekitarnya,” jelas pria ramah ini. Depresi berat bisa membuat orang kehilangan kontrol halusinasi, atau adalanya paham yang membuat orang berpikiran aneh dan membuat orang berpikiran aneh dan memunculkan ide-ide tentang bunuh diri atau menyakiti orang lain.

Menurut Suryo prevelensi depresi seperti ini cuku besar yaitu sekitar 5-10 persen. Orang yagn mengalami gangguan tipe ini akan kehilangan kendali diri dan tidak bisa menentukan apakah hal-hal yang ada di hadapannya nyata atau tidak. Jadi mereka kehilangan kemampuannya untuk memahami realita sehingga pengendalian dirinya kurang. “ Tak mengherankan pada orang yang menderita psikosis skizoprenia, akan melakukan perilaku yang cenderung membahayakan diri atau orang lain,” jelasnya.

KESALAHAN CARA BERPIKIR

Pendapat serupa diungkapkan Psikolog Kasandra Oemarjoedi. Berdasarkan pengalamannya selama tujuh belas tahun menjadi psikolog, Kasandra melihat bahwa hampir semua pasien yang datang padanya mengalami stres ataupun maslah dalam hidupnya. “ Semua gangguan psikologis berawal dari kesalahan cara berpikir, misalkan bulimia (perilaku makan terus-menerus yang tidak bisa ditahan), anoreksia (perilaku makan untuk dimuntahkan karena terobsesi kurus), insomnia (kesulitan tidur yang ekstrem) adalah bentuk stres karena cara berpikir mereka yang salah,” jelasnya.

Menurut wanita cantik ini, strs sebenarnya berhubungan dengan dua komponen, yaitu komponen luar seperti adanya kejadian tertentu misalnya tsunami, gempa, macet, UN dan lainsebagainya, dan komponen dalam, yaitu dari dalam diri kita sendiri misalnya kepribadian. “Karena itulah setiap orang akan memberikan reaksi yang berbeda, meskipun masalah yang dialaminya sama. Dalam arti, tingkat stres seseorang itu tergantung kapasitasnya masing-masing,” tuturnya.

Ia mncontohkan masyarakan Aceh dan Yogya yang sama-sama tertimpa bencana alam yang meluluh lantakkan tempa tinggal mereka, bahkan merenggut nyawa orang-orang yagn disayangi. Namun cara mereka menanggapi stres itu sangat berbeda. “Coba lihat, sebulan setelah gempa masyarakat Yogyakarga sudah beraktivitas seperti biasa. Sementara itu masyarakat Aceh hingga kini masih belum pulih akibat tsunami.”
Hal tersebut menunjukkan bahwa pemulihan setiap orang itu berbeda-beda. “Salah satunya karena masyarakat Yogya itu cenderung lebih bisa nrimo, sehingga recovery nya lebih cepat,” sambung ibu dari satu anak ini.

Sementara itu, komponen kedua yang tak kalah pentingnya adalah kepribadian. “Berbicara tentang kepribadian, berarti kita bicara tentang tiga hal. Yaitu adanya gen-gen yang terganggu, cara dia besarkan, dan keputusan, “ jelas Kasandra.
Apabila ia tidak memiliki gen-gen yang terganggu, misalkan tak memiliki riwayat keturunan skizoprenia, maka kemungkinan ia tak akan sampai mengalami stres berat. Sebaliknya bila ia dibesarkan dengan pola asuh keras bahkan cenderung dengan kekerasan, maka bisa jadi akan melakukan hal yagn sama pula pada anaknya nanti. “Karena itulah ada faktor keputusan, di mana ia sendiri yagn akan emilih untuk tetap melakukan itu ataupun tidak,” sambungnya.

SEHAT BODY, MIND AND SOUL

Kasandra menjelaskan bahwa dalam teori memang disebutkan tentang konsep Me dan Di. “ Kalau anda dimaki, maka anda akan pintar memaki. Begitupun kalau anda tidak disayang, makan anda tidak bisa menyayangi orang lain karena tak pernah tahu rasanya disayang,” ujar wanita yang berparaktik di Jl Pela 210 Jakarta Selatan ini. Namun pada akhirnya semua itu tergantung pada keputusan kita sendiri, apakah akan melakukan hal serupa pada orang lain atau tidak.

“Kita harus belajar untuk melihat segala masalah dari sisi positif. Misalnya kalau kita tak pernah disayang, maka belajarlah untuk bisa menyayangi orang lain. Belajar itu bisa dari mana saja, dari teman, tetangga dan lainnya,” jelas Kasandra. Ia mencontohkan seorang pasiennya yaitu gadis berumur 12 tahun yang mengalami stres akibat sang ayah yang otoriter.

Pernah suatu hari sang ayah menanyakan padanya kata “jalan lingkar luar jakarta” dalam bahasa Inggris, karena ia tahu sang anak memang memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik. Namun sang anak tak bisa menjawwab dengan cepat sehigga membuat ayahnya marah. “Kamu ini pura-pura gpblok atau goblok beneran?!” cetus ayahnya kasar. Itu hanyalah sebagian kecil dari permasalahan yang dialaminya setiap hari dan sangat membuatnya stres.

Sampai akhirnya ia berada dalam satu kesimpulan,”Aku sangat benci ayah,” Kasandra menirukan jawaban sang anak. Alasannya memang masuk akal. Meski bagitu sebagai psikolog ia berusaha membuat si anak melihat sisi lain dari masalah yagn dialaminya. Saya mengajak dia untuk berpikir kebalikannya. Diluar sana banyak anak-anak yang tak punya ayah dan mereka harus membanting tulang utnuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Sementara dia masih memiliki ayah dan sangat royal dalam ememnuhi kebutuhan materinya.

Kasandra ingin mengajarkan gadis kecil itu untuk bersyukur atas apa yang dimilikinya. Karena hanya dengan rasa bersyukur dan menerima apa adanya, maka tingkat stres yang dialaminya akan berkurang. “Alhamdulillah dia sudah membaik, ia berusaha bisa menerima kekurangan sang ayah, dan belajar untuk hidup dengan itu,” ujar wanita yang juga sedang membuat buku berjudul kupu-kupu ini.

Ia juga menganjurkan untuk lebih dekat dengan Tuhan, karena hanya Dia-lah yang bisa mengubah hati manusia. “Agama adalah ibu dari segala ilmu, dan psikolog adalah ilmu,” jelasnya. Karena itu dalam psikolog dikenal sehat itu berarti sehat body, mind, and sour. Body (tubuh) adalah urusan dokter, mind (pikiran) adalah urusan psikolog, sedangkan soul atau spirit (jiwa) adalah urusan para ahli agama. “Apabila ada salah satu yang tidak seimbang, maka akanmenimbulkan masalah bagi orang itu dan orang-orang disekitarnya,” sambung wanita ramah ini.

Contohnya seorang yang terkenal soleh dan sangat beragama, namun pikiran dia tidak sehat. Hal itu menyebabkan ia melakukan tindakan brutal misalnya menyakiti orang lain yang tak berdosa karena ia meyakini hal itu salah satu perintah agama. “Karena itulah ketiga faktor tadi harus seimbang, dan untuk bisa tetap seimbang maka kita harus berlatih sendiri,” ungkapnya.

Sama halnya dengan belajar renang, janganlah belajar akalu sudah belajar, tapi harus sedari dini.”Tindakan preventif itu harus terus dilatih, dari memecahkan masalah kecil haingga masalah rumit untuk melatih kemampuan kita sebelum stres itu datang,”anjurnya. Seperti sebuah ungkapan bijak yagn mengatakan “ombak itu akam membuat kita leebih kuat” sma artinya bahwa semakin besar cobaan yang kita hadapi akan membuat kita semakin kuat dan dewasa. Jadi, bila merasa mengalami stres, ayo introspeksi dan buka diri, agar orang lain bisa membantu. Jangan sembarang memukul. Bahaya! KARTINI


ANTISIPASI DARI GANGGUAN STRES

Stres memang sulit dihindari. Tapi, sebenarnya bisa diantisipasi kok. Dr. Suryo, SpKJ, memberikan beberapa saran untuk mengantisipasi dan menghadapi stres :

KENALI DIRI SENDIRI AGAR ANDA TAHU APA SAJA HAL YANG BISA MEMBUAT STRES

Misal, ditegur atasan bikin mood anda terganggu; udara panas, pekerjaan menumpuk, dan sebagainya. Dengan mengetahuinya anda bisa mengatur bagaimana memenej diri menjadi lebih baik agar tak ditegur bos, atau mengatur pekerjaan agar tak menumpuk.

TRAUMA HIDUP TERATUR

Buatlah rencana harian, mingguan maupun bulanan, dan cobalah konsisiten dengan rencana itu agar apa yang anda inginkan bisa terwujud.

MENGHINDARI SPEKULASI

Namanya spekulasi, risikonya juga tinggi dengan hasil bisa positif tapi juga negatif. Bila anda termasuk orang yang sulit menerima hasil negatif. Janganlah berspekulasi. Lakukan saja hal yang pasti hasilnya. Hidup pun bisa tenang tak deg-degan.

MULAILAH HIDUP SEHAT

Hidup sehat berarti menghindari pemicu gangguan seperti makanan yang berlmak food, rokok, begadang, minum-minuman keras, dsb. Gaya hidup tak sehat membuat tubuh rentan bila terkena stres.

OLAHRAGA TERATUR

Olah raga akan elancarkan peredaran darah sehingga anda pun menjadi segar dan sehat, dan nutrisi yagn anda konsumsi mengalir ke dalam tubuh lebih baik.

PENDEKATAN SPIRITUAL KEPADA TUHAN YME

Pasrah dan berserah diri kepada Tuhan YME akan membuat anda lebih menerima sekaligus enjoy menhadapi hidup.

0 comments:

Posting Komentar

Bunda Dan Ananda © 2008 Template by:
bunda dan ananda