Minggu, 08 Agustus 2010

DAPUR BERES OMELAN PUN REDA



Lista sebut saj nanya begitu, kerap kali uring-uringan hampir setiap pagi, stress katanya. Cucian seabrek, setrika menggunung, piring gelas hampir tak ada yang bisa dipakai karena kotor semua, anak-anak berantem rebutan kamar mandi karena sebentar lagi mobil jemputan sekolah datang, rumah berantakan dari ujung ke ujung seperti kapal pecah.

Sementara si bungsu rewel minta digendong aja, belum lagi sarapan pagi untuk anak-anak yang akan berangkat ke sekolah belum siap, nasi uduk yang biasa mangkal di samping rumah entah pada hari ini koq ndak ada, keluh Lista dalam hati. Ayahnya anak-anak udah berangkat naik KRL (Kereta Listrik) tanpa sarapan pagi, nggak keburu, telat sedikit bisa terlambat karena macet. Aduh…rasanya ingin menjerit.

Maklum saja Lista belum punya pembantu, lain ceritanya kalau punya pembantu namun apa daya fulus belum memungkinkan untuk menggaji pembantu. Sebenarnya mesin cuci ada tinggal buka kran kucurkan air dan tekan tombol. Barangkali yang perlu dibenahi manajemen waktu dan skala prioritas kerja.

Terkadang memang, perkerjaan apapun tanpa ada planning dan pengaturan yang baik bukan enjoy dengan pekerjaan yang dilakukan malah bisa uring-uringan seperti Lista tadi, bingung mana dulu yang mesti diselesaikan sementara pekerjaan menumpuk menananti di depan mata.

Begitulah barangkali fenomena seorang ibu rumah tangga, stress karena beban kerja banyak sementara juklak alias petunjuk pelaksanaan belum ada atau bahasa kerennya barangkali perlu dipertimbangkan untuk punya SOP ( standar operasional prosedur). Sepertinya muluk-muluk, namun bila kita menyadari pentingnya sebuah standar kerja akan membantu kita dalam menyelesaikan perkerjaan dengan baik, misalnya saja menentukan pekerjaan mana yang lebih dulu kita lakukan secara berbarengan, atau membuat urutan kerja dari awal sampai akhir.

SOP itu tak melulu monopoli perusahaan modern, rumah tangga juga penting lho kata sorang pemerhati masalah rumah tangga, apalagi seperti kasus Lista tadi, anak 3 masih kecil-kecil lagi sementara si kecil rewel tanpa mau kompromi.

Beda halnya dengan Rina tetangganya Lista, jam delapan aku udah beres lho katanya enteng. Alhamdulillah jam 3.00 rutin saya bangun diawali dengan qiyamullail dan qiraah Al-Qur’an sambil memasak nasi di Magic com sampai tiba waktunya shalat shubuh.sementara anakku yang kecil baru berusia 3 bulan masih pulas, kalaupun ia bangun paling-paling minta ASI. Masih menurut Ratna,m setelah shalat shubuh saya senam lantai alias ngepel sambil memasak air dan mengucurkan air di mesin cuci. Si buyung dan upik sudah terbiasa bangun sendiri., mereka bergantian masuk kamar mandi baik untuk wudhu maupun mandi. Pasca anak-anak berangkat sekolah sekitar jam 6.30-an, seperti kata Ratna menjemur pakaian, setelah itu ia mengurus si kecil. Terakhir pekerjaanku menseterika. Kalaupun kepepet banget, misalnya karena bangun kesiangan paling banter jam 09.00 pun pekerjaanku udah kelar semua. NABILA/1/2005

0 comments:

Posting Komentar

Bunda Dan Ananda © 2008 Template by:
bunda dan ananda