Jumat, 18 Juni 2010

SITUS PORNO



MEMPRIHATINKAN! 27 PERSEN ANAK DI JAKARTA PERNAH MEMBUKA SITUS PORNO

Diera millennium ini, internet bukan lagi barang yang aneh. Bukan hanya mahasiswa dan pekerja kantoran, murid-murid SD hingga SMU pun sering memanfaatkan teknologi ini untuk mengerjakan tugas. Sayang, selain hal-hal positif, internet juga memuat informasi-informasi negative, seperti gambar dan cerita erotis. Gawatnya, situs-situs porno tersebut mulai digemari anak-anak di bawah umur. Bahkan menurut survey terbatas salah satu lembaga pemerhati internet, 27% anak pernah membuka situs porno. Bukan jumlah besar, tetapi cukup signifikan.

Adi, sisiwa sekolah lanjutan tingkat pertama sebuah sekolah di Jakarta, nampak asyik menatap layar computer. Sesekali ia melirik kanan kiri memperhatikan situasi warung internet (warnet) yang agak penuh. Ketika melihat tak ada orang memperhatikan, ia kembali sibuk memelototi layar. Senyum simpul kadang menghiasi wajahnya yang sangat polos. Tak lama kemudian datang 2 temannya dan langsung ikut menatap layar computer. Sama halnya dengan Adi, dua rekannya yang baru datang juga seolah terbius dengan pemandangan di depan mata mereka. Saking asyiknya, ketiga bocah di bawah umur itu tidak merasa telah 2 jam mereka disitu.

Ketika menyadari hari sudah semakin sore, barulah ketiganya buru-buru membereskan barang, membayar harga sewa dan langsung pulang kerumah. Sekilas orang akan mengira Adi dan 2 temannya sedang sibuk mengerjakan tugas sekolah dengan bantuan internet. Tetapi perkiraan itu meleset. Mereka bukan sedang sibuk menyelesaikan pekerjaan sekolah malinkan aktif memandangi tubuh-tubuh wanita seksi.

Jangan heran, jangan bingung. Saat ini memang banyak anak dibawah usia mulai gemar membuka situs porno. Bahkan sebuah lembaga pemerhati internet, jejak kaki internet protection, pernah melakukan survey tentan fenomena tersebut. Hasilnya 27% anak di Jakarta pernah membuka situs porno. Bukan tidak mungkin angka itu akan merangkak naik. Pasalnya menurut survey yang sama 97% anak yang menjadi responden mengetahui mereka bisa mendapatkan hal-hal berbau pornografi di internet. Dari jumlah tersebut, 67% diantaranya mengatakan akan membuka situs porno jika ada kesempatan. “Ini merupakan salah satu indikasi pornografi semakin mengancam. Apalagi internet kini sudah semakin mudah diakses. Semenntara lewat internet inilah informasi berbau pornografi bebas didapat,” tutur Managing Direktur Jejak Kaki Internet Protection, William Budhy Kurniawan.

Pria kelahiran Surakarta 16 Nopember 1972 ini menyarankan agar orang tua tidak tinggal diam. Salah satu cara yang menurutnya bisa dilakukan oleh orangtua, memberikan penyaring situs-situs porno seperti internet protection. Tindakan preventif lainnya dengan tidak menempatkan computer atau laptop yang bisa mengakses internet di kamar anak-anak. “Selain orang tua, sebenarnya pemerintah bisa saja bekerja sama dengan APJII (Asoisiasi Pengusaha Jasa Internet Indonesia) untuk menyaring masuknya situs porni ke Indonesia. Cina saja bisa memaksa google (salah satu pencari informasi di internet) manyaring situr berbau politik, dan sangat represif dengan situs porno local. Jika orang tua mau lebih tahu banyak tentang bahaya internet bisa mengakses di situs www.jejakkaki.com. “ajak William tanpa bermaksud promosi.



Tanggung jawab bersama

Pengamat telekomunikasi asal Yogyakarta, Roy /suryo setuju dengan fakta yang dipaparkan Jejak Kaki Internet. “Saya tidak tahu angka persisnya. Tetapi saya yakin banyak anak yang sering melihat situs porno di internet. Pada dasarnya ada kecenderungan orang, baik itu orang dewasa maupun anak-anak, mengakses situs porno, “ujar Roy.


Namun berharap agar masyarakat, termasuk orang tua dan sekolah, tidak fobia terhadap penggunaan internet. Bagaimnapun juga internet memiliki nilai yang sangat positif. Yang perlu dilakukan hanya memasang penyaring internet dan netloger untuk memantau situs yang diakses anak-anak. “Sejak internet masuk ke Indonesia, situs-situs mporno dengan materi gambar dari luar negeri sudah ada. Namun, saat ini pun sudah banyak materi orang-orang local alias orang Indonesia. Ini yang justru dianggap lebih menarik bagi masyarakat kita. Untuk itu filter situs porno sangat penting. Contoh situs yang memberikan software gratis ataupun bayar adalah www.cybersurf.com, www.netnanny.com, dan masih banyak situs lainnya, " terang pria yang memiliki nama lengkap Roy Suryo Notodiprojo ini.

Kendala lainnya, lanjut Roy, banyak orangtua ataupun guru tidak mengerti masalah penggunaan internet. Mereka cenderung malu untuk belajar jika ada anak-anak. Buntutnya, para orangtua dan guru ini tak bisa mengikuti perkembangan teknologi. “Bila hal itu sampai terjadi, akhirnya anak-anak akan belajar hal-hal yang negative dari tempat lain, “tambahnya.

Senada dengan Roy Suryo, psikolog dari Universitas Indonesia, Indri Savitri, S,Psi juga menganggap peran orangtua dan sekolah sangat besar dalam meredam dampat negative internet. Kebiasaan atau kesenangan anak melihat situs porno tidak bisa begitu saja dianggap kesalahan si anak. “Sudahkah orangtua menanamkan nilai-nilai keterbukaan atau komunikasi? Lalu, apakah orangtua sudah mejelaskan manfaat internet pada anak? Hal-hal ini harus diperhatikan,”ujar Indri Savitri,S Psi.

Menurut psikolog dari Lembaga Terapan UI ada banyak faktor yang mendorong seorang anak membuka situs porno. Pertama adanya rasa ingin tahu yang memicu penasaran. Lalu faktor adanya perasaan hebat jika menjadi narasumber bagi teman-temannya yang tidak tahu. “Ini bahaya karena anak merasa mendapatkan pengakuan dan penerimaan dari lingkungan dengan cara yang salah,” pesan Indri Savitri, S, Psi. Ajakan teman sebaya yang telah kecanduan juga bisa menjadi faktor pemicu anak membuka situs porno. Begitu juga dengan munculnya dorongan seks. “Situs porno dijadikan media pemuasan seks. Dengan melihat gambar-gambar erotis di internet, si anak terdorong melakukan masturbasi dan mendapatkan kepuasan seksual,”paparnya.

Picu kelainan seksual pada anak

Mengapa situs porno harus dijauho anak-anak? Tak lain karena hal tersebut membawa banyak dampak negative bagi perkembangan anak. Demikian disampaikan psikolog Ike Sugianto dalam talkshow bertajuk Dahsyatnya Pengaruh Negatif Internet bagi Anak dan Remaja beberapa waktu yang lalu. Menurutnya, anak yang senang pornofrafi sejak dini akan cenderung menjadi antisocial, tidak setia, melakukan kekerasan rumah tangga, mempunyai sikap merendahkan wanita, bahkan dapat mengidap kelainan sesual. “Anak dan remaja ada dalam tahap ingin selalu mencoba dancenderung ingin menjadi bas boys. Jika orangtua tak berupaya maksimal, anak bisa kecanduan bahkan berkeinginan untuk meniru, “ucap psikolog dari Klinik Anakku tersebut.

Sebenarnya bahaya internet terhadap anak-anak sudah diprediksi para pakar media maupun komunikasi sejak lama. Demikian pernyataan pakar komunikasi Nina Mutmainah Armando. Namun sayangnya hingga saat ini belum ada regulasi yang jelas mengenai maslah ini. Sekedar informasi Nina menceritakan di Kanada pernah ada penelitian serupa. Hasilnya 10 dari 11 anak menerima pesan berbau porno setiap mereka mengakses internet. Banyak yang bilang internet tidak bisa dikontrol dan sisensor. Padahal jika ada kebijakan yang mengatur secara jelas hal itu bisa saja dilakukan, imbuh Nina. Seperti William dari Jejak Kaki Internet Protection, ia pun menyebut Cina sebagai salah satu Negara yang bisa memblokir hal-hal berbau politik di internet.

Dari pada menunggu adanya kebijakan tersebut, Nina menganjurkan orang tua melakukan pencegahan sedini mungkin. Salah satunya dengan tidak meletakkan computer diruang pribadi. “Sebaiknya letakkan computer di tempat yang mudah terlihat sehingga anak tidak bisa seenaknya membuka situs-situs porno,” jelas Nina. Selain itu, orang tua perlu menjalin komunikasi yang baik dengan anak. Jangalah bersikap terlalu keras atau otoriter. “Namanya juga anak yang baru memasuki masa puber. Pasti mereka ingin tahu segala sesuatu, apalagi hal yang berbau seks,” ujar ibu dua anak ini.

BENTENGI ANAK DENGAN ILMU AGAMA”

Islam mencintai kemajuan di segala bidang, termasuk teknologi. Namun, Islam membenci kemaksiatan yang timbul dari kemajuan teknologi. Menurut Ustadz Idris, orangtua harus memberikan jawaban menyeluruh atas keingintahuan anak terhadap hal-hal yang berbau seksual, apalagi bila si anak belum aqilbaliq atau dewasa. Naumn, saat menyampaikan hal tersebut, perhatikan usia anak yang bersangkutan.

“Ali bin Abi Thalib dan Imam Ghazali membagi pendidikan anak dalam 3 periode.

Periode tujuh tahun pertam, anak diposisikan sebagai raja. Maksudnya, biarkan ia bermain apa saja selama tidak membahayakan. Berantakan sedikit bukanlah masalah, karena dengan begitu dia dapat mengasah kreativitas.

Periode tujuh tahun kedua ( 7-14 tahun), waktunya memberikan disiplin ketat pada anak. Kita harus memosisikan anak secara integral, bukan hanya mendengarkan instruksi-instruksi orangtua saja. Tetapi harus disadari anak juga memiliki keinginan dan hak-hak yang harus dihargai. Sedangkan periode tujuh tahun ketiga (usia 14-12 tahun), bermitralah dengan mereka. Jangan memposisikan orangtua sebagai penguasa, tetapi sebagai teman. Dengan bersikap terbuka pada anak, maka anak pun akan melakukan hal yang sama urainya.

Sedangkan mengenai situs porno, dengan tegas Ustadz Idris mengatakan melihat aurat orang lain adalah perbuatan dilarang agama. “Seperti dinyatakan dalam Al-Quran suara An-Nur 30-31. “ Katakanlah pada orang-orang yang beriman dari laki-laki supaya memelihara pandangan mereka. Juga katakana kepada orang mukmin yang wanita, peliharalah juga pandangan mereka,” kutipnya. Sebagai penutup, Ustadz Idris mengingatkan agar setiap orangtua mengajari anak-anaknya untuk lebih dekat dengan Allah, agar anak-anak mengetahui batasan-batasan dalam setiap tindakan mereka.

Sumber :KARTINI

0 comments:

Posting Komentar

Bunda Dan Ananda © 2008 Template by:
bunda dan ananda