Kedengarannya ekstrim. Tapi ini salah satu pernyataan seorang dokter spesialis anak asal Amerika kepada para orang tua untuk mengurangi waktu menonton TV demi perkembangan dan kesehatan otak anak agar terjaga dengan baik.
Ini pernyataan Susan R. Johnson, MD., dokter spesialis anak asal San Francisco dan pernah mendalami ilmu kesehatan anak yang berkaitan dengan perilaku dan perkembangan. Ia melihat betapa banyak anak berusia 8-11 tahun yang semuanya memiliki kesulitan membaca di Pusat Kesehatan Sekolah. “Kalau saya tunjukkansejumlah huruf lalu saya minta mengenali huruf tertentu, mereka dapat melakukannya. Tapi kalau saya tidak menunjukkan apa-apa berarti tapa masukan visual lalu saya suruh mereka menuliskan huruf tertentu mereka tidak bisa.”
Susan kemudian menganalisa sendiri lewat sebuah pertanyaan, “apa yang terjadi pada anak yang sedang tumbuh dan berkembang jika mereka dipapari rangsangan audio dan visual pada saat bersamaan? Berapa banya kemampuan otak yang hilang atu bahkan tidak berkembang akibat kebiasaan itu?”
Pada akhirnya setelah meneliti kemampuan ribuan sambungan antarneuron di otak, televisi ternyata mengacaukan sambuangan antarneuron yang notabene perkembangannya justru sangat pesat di usia anak-anak. Sebagai catatan, perkembangan otak anak yang sedang tumbuh melalui tiga tahapan mulai otak primitive (action brain yang mendorong perilaku dan mengatur fisik kita untuk bertahan hidup), otak limbic (felling brain yang membentuk perasaan) dan akhirnya ke neocortex (thought brain, otak piker yang menciptakan penggambaran, angan-angan, intuisi, inspirasi dan imajinasi. Televise sesungguhnya hanya memberikan informasi kepada dua indera : mata dan telinga. Padahal ketajaman visual danpandangan tiga dimensional pada anak belum berkembang sepenuhnya sampai usia empat tahun. Gambar yang dihasilkan layer televise itu gambar dua dimensi, tidak focus dankabur karena tersusun dari titik-titik sinar. Itu membuat mata anak-anak harus dipaksa bekerja agar gambar menjadi jelas.
Padahal keterampilan visual perlu dikembangkan dalam kaitannya dengan membaca efektif. Saat menonton, pupil mata anak tidak melebar, dan nyaris tidak ada gerakan mata yang justru penting dalam kegiatan membaca. Mata dituntut terus bergerak dari kiri ke kanan halam saat membaca. Sisitem visual pada manusia meliputi kemampuan mencari (search out), memindai (scan), memfokus, dan mengidentifikasi apa yang masuk ke bidang pandang. Kediatan menonton TV pada usia dini pada akhirnua mengganggu latihan kemampuan tersebut.
Kemampuan untuk memusatkan perhatian juga mengandalkan system visual ini. Sementara itu gambar-gambar televisi yang berubah secara cepat tiap 5-6 detik pada kebanyakan tayangan acara dan 2-3 detik pada iklan membuat otak piker tidak punya kesempatan memproses imej.
Membaca buku, berjalan-jalan di alam, atau bercakap-cakap dengan orang lain dimana anak punya kesempatan untuk merenung dan berpikir jauh lebih mendidik daripada menonton TV. Menatap perpindahan gambar yang tak henti danberubah dengan cepat secara tiba-tiba malah menimbulkan potensi anak yang selalu cemas. Mengapa? Karena televise meletakkanbelahan otak kiri dan sebagian belahan otak kanan ke dalam gelombang alfa (slow wave if activity). Televise membius fungsi-fungsi otak piker dan merusak keseimbangan serta interaksi antara belahan otak kiri dan kanan. Secara umum, membaca menghasilkan gelombang beta cepat dan aktif, sedangkan menonton televise meningkatkan gelombang alfa lambat dibelahan otak kiri dan kanan. Belahan kiri merupakan pusat penting dalam kegiatan membaca, menulis dan berbicara. Otak kiri merupakan tempat di mana symbol-simbol abstrak (misalnya huruf-huruf alfabet) dikaitkan dengan bunyi. Sumber cahaya televise yang berpendar dan bergetar diduga ada kaintannya dengan meningkatnya aktivitas gelombang lambat itu.
Otak primitive tidak dapat membedakan mana gambar riil dan mana gambar di TV karena penglihatan merupakan tanggung jawab otak piker. Karena itu, ketika TV menayangkan gambar-gambar cloxe up dan gambar-gambar bercahaya secara tiba-tiba, otak primitive bersama otak limbic segera menyiapkan respon “hadapi atau lari” dengan melepaskan hormone dan bahan kimia ke seluruh tubuh.
Karena terjadi dalam tubuh tanpa diikuti gerakan-gerakan yang sesuai dari anggota badan, makan acara-acara TV tertentu sesungguhnya meletakkan kita ke dalam suatu keadaan stress atau kecemasan kronis. Berbagai studi menunjukkan pada orang dewasa yang mengalami stress kronis pertumbuhan belahan otak kirinya terhenti (atrophy).
Ketika otak anak dipapari rangsangan visual sekalidus suara, yang diserap hanyalah bisualnya. Illustrasi tentang fenomena ini dapat dilihat pada sekelompok anak (6-7 tahun)yang disuguhi tontonan video yang suaranya tidak sesuai dengan gerakan visualnya. Begitu ditanya, mereka tidak ngeh kalau suara dan gambarnya tidak klop. Itu artinya, mereka tidak menyerap isi tontonannya. Jadi, buat apa begitu lama menonton televise ?
6 KRITERIA TONTONAN AMAN
Tak semua film layak tonton. Bagaimana criteria tayangan yang pas untuk keluarga ? Riri Reza, sutradara / produser film anak, Petualangan Sherina dan Untuk Rena memberikan tip-tipnya untuk memilih tontonan yang pas bagi anak dan seluruh keluarga :
Sumber :NAKITA/404/2006
Entri Populer
-
Tanya: Anak pertama saya perempuan dengan BB 2,7 kg dan PB 47 cm. Sekarang usianya 5 bulan dengan BB 5,3 kg dan PB 66 cm. Apakah normal? Sej...
-
BERMASALAHKAH SAAT MENYUSUI? Untuk merealisasikan keinginan memiliki payudara besar dan indah, terkadang ada wanita yang menempuh cara opera...
-
A di, anak laki-laki usia 1 tahun enam bulan, pada jam 6 sore itu mendadak demam walau tidak terlalu tinggi. Sehari sebelumnya sudah ada gej...
-
Ada cara membuatnya bisa Akrab… Bagi para istri, ibu mertua sering dianggap sebagai sosok yang menyebalkan dan menakutkan. Ada saja komenta...
-
Diare atau ‘Mencret’ pada anak M aya, anak perempuan usia 2 tahun sampai siang itu sudah mencret-mencret 5 kali. Kendati begitu anak tersebu...
KONSULTASI DOKTER ANAK
- dr. Hermansyah Irwan, SpA
- dr. Rusmala Deviani SpA
- dr. Fransiska S. Susanti, SpA
- dr. Maria Widhiastuti, SpB
- dr. M. Muchlis, SpA
- dr. Srimpi SpKJ
- dr. Rastra Rantos, Spa
- dr. Bobby Setiadi D, SpA
- dr. Jaya Ariheryanto,SpA
- dr. Rini Purwanti
- dr. Rouli Nababan SpA
Visitors
Kamis, 01 April 2010
TV MERUSAK OTAK ANAK
Labels:
Artikel Keluarga,
Problematika keluarga
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Category
- Artikel (186)
- Tips Bunda (166)
- Artikel Keluarga (142)
- Psikologi Anak (79)
- Problematika keluarga (71)
- Artikel Kehamilan (66)
- Penyakit Anak (63)
- Tips Kecantikan (47)
- Seksologi (33)
- Makanan Bayi dan Balita (31)
- Obat Alternatif (22)
- Permainan Anak Balita (20)
- P3K Keluarga (18)
- Karier (11)
- Religi (9)
- Teknologi (6)
- Keuangan Keluarga (5)
- Hypnoparenting (2)
- Hypno-birthing (1)
About Me
- BUNDA DAN ANANDA
- Batam, Kepulauan Riau, Indonesia
- ZUDHA SULFIYANA seorang ibu dengan satu orang putra yang mulai beranjak remaja. yang ingin berbagi ilmu dengan para pembaca. semoga berguna untuk semua. Amin
0 comments:
Posting Komentar