Minggu, 03 Januari 2010

SUAMIKU DI PHK

Sejak krisis ekonomi melanda Indonesia, gelombang PHK terus terjadi. Angka pengangguran naik secara tajam. Kesempaatan kerja semakin menyempit, sementara jumlah tenaga kerja semakin bertambah. Tidak seimbangnya antara permintaan dan penawaran inilah yang menyebabkan angka pengangguran membludak, mendekati 40 juta pada akhir 2003.

Cuma satu

Kehilangan perkerjaan memang berat. Terlebih nila pekerjaan itu satu-satunya sumber penghasilan keluarga. Pusing memikirkan biaya sekolah anak, angsuran rumah, tagihan telepon yang tiba-tiba membengkak, atau harus menyediakan biaya berobat karena mendadak anak sakit. Stress, uring-uringan, dan selalu ingin marah. Seperti orang kebingungan, tidak tahu apa yang mesti dilakukan. Suamiku yang dulu tampak cerdas dan pintar dalam menyelesaikan masalah =, sekarang seperti orang bodoh yang susah untuk diajak berdiskusi.

Kehilangan pekerjaan bukan akhir segalanya, yang penting adalah meminjam istilah pegadaian keluar dari masalah tanpa masalah. Paling tidak langkah awal adalah menahan goncangan emosi agar tak larut dalam kesedihan dan berusaha mencari sumber penghasilan baru. Untuk bangkit kembali memang bukan hal mudah. Tergantung karakter, keahlian, daya dukung keluarga, kecerdikan melihat peluang bisnis, dan mencari modal usaha.

Kendalikan emosi

Bila goncangan emosi dan himpitan ekonomi tidak segera diatasi, bisa menimbulkan masalah baru. Depresi, tidak percaya diri, mudah putus asa, bahkan bisa menjadi orang yang tertutup. Suami istri harus mempu mengendalikan emosi. Istri senantiasa memberi dukungan agar suami bersemangat dan cepat bangkit dari kesedihannya. Istri juga harus pandai mengatur keuangan rumah tangga, memilih dan memilih berbagai kebutuhan hidup.

Dukungan istri bagi suami sangat penting dan berarti. Jangan patahkan semangat suami jika ia mempunyai alternatif solusi. Ajaklah suami berdiskusi untuk mencari jalan keluar, hindari perdebatan yang tidak perlu. Istri harus pandai meredam suasana agar tidak menjadi kacau.

Inventarisasi kenalan

Suami istri harus berani gagal dalam menatap masa depan. Yang penting mereka tetap kompak untuk keluar dari kemelut ekonomi dan emosional ini. Sikap optimis dalam mencari pekerjaan atau peluang bisnis harus terus ditumbuhkan. Coba hubungi teman kuliah atau relasi yang sudah bekerja. Istilah dalam dunia penjualan adalah mempersiapkan nama sebanyak-banyaknya untuk dihubungi, mungkin saja ada pelluang kerja untuk kesempatan bisnis.

Bila tipikal suami seorang pekerja, cari informasi sebanyak mungkin tentang lowongan pekerjaan dan terus jalin kontak secara personal denga relasi atau kawan lama. Melamar kerja tidak mesti membawa berkas lamaran. Sambil silaturahmi bisa sekaligus menanyakan lowongan pekerjaan.

Tangkap peluang

Seandainya kita punya bakat untuk berbisnis, mulailah dari bisnis berskala kecil, misalnya bisnis kue dan gorengan. Istri yang membuat suami yang memasarkan. Bangun jaring pemasaran, kembangkan ide-ide kreatif, misal pesan via sms atau telpon. Ikat pelanggan dengan sistem bonus, berikan pelayanan prima, ramah atau bila perlu disediakan biaya komplain akaibat kesalahan produk.

Banyak peluang bisnis lainnya, paling tidak untuk sekedar memenuhi kebutuhan sehari-hari.penyediaan sembako (sembilan bahan kopok) misalnya. Potong jalur dengan maraknya gerai minimarket. Jadikan warung-warung kecil sebagai bagian jaringan pemasaran kita, buat kesepakatan harga, lakukan sistem delivery service untuk mempermudah pelanggan. Buat subsidi silang untuk produk fast moving (barang mudah laku) dengan slow moving. Harga barang yang mudah laku seperti telur gula minyak goreng dan produk lainnya buat semurah mungkin bahkan bila perlu sama dengan harga minimarket.

Duplikasi bisnis

Ada pula peluang bisnis lain, yaitu dengan melakukan duplikasi. Tidak memerlukan modal besar juga tak perlu sistem waralaba. Amati perkembangan tren produk tertentu, bila permintaan pasar tinggi, kenapa tidak kita coba. Perlu dicatat kita tidak melakukan duplikasi produk secara mutlak melainkan kita adakan rekayasa atau penyesuaian seakan-akan produk kita asli dan baru alias serupa tapi tak sama.

Atau bila kita pnya mental kuat, jadilah distributor produk tertentu, seperti buku atau voucher telepon seluler. Rekrut tenaga penjual dengan sistem remunerasi yang menarik dan menantang. Bahkan buat perencanaan karir jyang jelas. Dengan menjadi distributor paling tidak kita sudah menjadi “bos kecil” untuk menjadi “bos besar”.

Peluang lain

Sebenarnya banyak peluang bisnis yang dapat kita raih mulai layanan jasa kebersihan, bimbingan belajar, sampai menjadi event organizer. Dengan bermodalkan sebuah proposal, kita sudah dalpat menjadi event organizer, seperti menyelenggarakan seminar pekan raya, bahkan yang sedang ngetren adalah even pernikahan.

Sekarang bagaimana kita dapat keluar dari masalah tanpa menimbulkan masalah. Menjadi pekerja, pendapatan memang cenderung monoton, sementara menjadi pebisnis pendapatan ditentukan oleh diri sendiri, malah semakin kreatif untuk mencari gagasan baru. Mana yang akan kita pilih. Hal ini sangat tergantung dengan mental kita, apakah kita bermental pekerja atau mental wirausaha. Jangan paksakan untuk berwirausaha bila kita bermental pekerja tapi latihlah secara terus menerus untuk menjadi seorang wirausaha.



1 comments:

Slamet Jayeng mengatakan...

Pelatihan dan menanamkan jiwa wiraswasta sejak dini dan menghargai nilai uang.......pengalaman dikeluargaku..sejak kecil telah diajarkan jiwa kemandirian pada masa krisis 98 empat adikku terkena PHK....tapi justru setelah di PHK semua succes dgn usaha sendiri..ada yg buka usaha makanan ringan....sekarang karyawannya sdh 16 orang dan ada yg buka TOKO di Pasar dan Ada yg melanjutkan Studi sambil mengajar....masih banyak yg bisa kita lakukan...yg penting ada kemauan....

Posting Komentar

Bunda Dan Ananda © 2008 Template by:
bunda dan ananda