Minggu, 12 Juli 2009

BALITA ANDA BERSEDIH


Anak anda yang berusia 3 tahun ternyata tidak seriang biasanya, ia tidak ‘ceriwis’ saat pagi tiba, bukan tidak mungkin ia juga menolak untuk makan. Daripada bercanda bersama saudara-saudaranya, atau menggambar di bukunya, ia cenderung berada di tepi jendela sambil menatap kosong ke luar, mungkinlah seorang balita mengalami depresi?
Seperti kebanyakan orang lainnya, anda mungkin berasumsi kalau anak prasekolah terlalu kecil untuk merasa sedih. Tapi ada peneliti terbaru yang menyatakan bahwa depresi klinis itu ternyata tidak mengenal usia. Depresi – bahkan keinginan untuk bunuh diri – sama pengaruhnya pada balita dan remaja seperti pada orang dewasa.
Para peneliti di Washington University School of Medicine, mengemukakan bahwa anak-anak mengalami symptom depresi yang sama seperti yang sering ditemukan pada orang dewasa, bahkan sama tingkat keparahannya. Menurut the National Mental Health Association, satu dari tiga anak Amerika menderita depresi. Namun, walaupun sudah berbicara mengenai statistic, depresi tetap merupakan penyakit yang tak terdeteksi dan tak terawat antara anak-anak remaja. Tidak seperti bintik-bintik merah pada penyakit campak, atau hidung yang memerah pada penyakit flu, simptomm depresi tidaklah terlalu konkrit, dan sebagai konsekuensinya, seringkali hal ini tidak terdeteksi oleh orang tua.
Apa sih tanda-tanda depresi kanak-kanak? Apa saja perilaku yang perlu diawasi oleh orang tua? Biasanya anak-anak yang menderita depresi secara persisten selalu terganggu, menarik diri, dan lethargic, kata Dr. Elizabeth Rody, direktur medis serta psikiater anak dan remaja untuk Megallian Behavioral Nealth di New Jersey. Anak yang depresi juga kehilangan minat untuk melakukan kegiatan yang sebelumnya sangat mereka sukai, sementara symptom lainnya meliputi :

• Tangis terus-menerus dan kesedihan persisten
• Kurangnya antusiasme atau motivasi
• Meningkatnya kemarahan
• Kelelahan kronis atau kekurangan energi
• Menarik diri dari keluarga, teman dan aktivitas yang tadinya disukai
• Perubahan kebiasaan makan dan tidur (adanya kenaikan atau penurunan berat tubuh yang terlihat jelas, suka sekali tidur, sulit tidur).
• Keluhan yang sangat sering mengenai masalah fisik, seperti sakit perut atau pusing.
• Kurangnya konsentrasi dan suka lupa
• Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan
• Sensitifitas berlebihan sampai penolakan atau kegagalan
• Perkembangan mayor yang tertunda (pada balita-tidak berjalan , berbicara atau mengekspresikan diri)
• Bermain yang melibatkan kekerasan, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, atau dengan tema yang sedih.
• Seringnya muncul pembicaraan mengenai kematian atau bunuh diri.

Tidaklah biasa bagi anak-anak untuk tetap merasa bersedih dari waktu ke waktu. Dengan mengetahui ini bagaimana orang tua dapat membedakan fluktuasi mood normal dari depresi yang serius? Jawabnya adalah pada durasi dari perilaku depresif tersebut.

Menurut Mental Health : A Report of the Surgeon General, anak-anak depresi mengalami episode ndepresi yang biasanya bertahan, dari tujuh sampai sembilan bulan, meskipun beberapa ahli perkenbangan anak yang mengatakan bahwa perilaku depresif yang bertahan lebih dari dua minggu memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Tapi bagaimana pun juga, paling baik adalah untuk membiarkan professional di bagian kesehatan mental untuk memutuskannya.

Depresi bukanlah satu-satunya alas an adanya perilaku ‘nakal’ anak. Masalah fisiologis, seperti malnutrisi, mononucleosis, alergi dan penyakit lainnya dapat menimbulkan mood yang marah-marah, keletihan dan penarikan diri. Ini mengapa Rody menekankan bahwa orang tua harus membawa anak mereka kepada dokter keluarga terlebih dahulu, sebelum membuat janji dengan seorang professional kesehatan mental.

Bila ternyata anak anda bukan mengalami masalah kesehatan umum, maka langkah selanjutnya adalah untuk membuat janji dengan psikiater atau psikolog anak dan remaja untuk evaluasi. Sebagai tambahan dari serangkaian tes psikologis dan kerja darah, orang tua juga harus siap untuk me-review seluruh sejarah kesehatan anak.

Meskipun penyebab pasti dri depresi kanak-kanak tidak juga diketahui, penelitian depresi pada orang dewasa menyatakan bahwa tergantung pada predisposisi genetic dan pengaruh lingkungan. “Sebagian dari lingkungan dan genetik,” kata Rody. “Bila dibandingkan antara depresi dengan penyakit jantung. Depresi juga seperti itu, disebabkan oleh kombinasi kompleks dari ber bagai faktor.”

Anak-anak yang orang tua atau/dan saudaranya menderita depresi lebih mungkin mengembangkan symptom penyakit ini. Tidak mampu belajar (learning disabilities), seperti tidak mampu berkonsentrasi/hiperaktif, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dan disleksia juga berkontribusi pada timbulnya depresi kanak-kanak. Faktor lingkungan yang membuat anak-anak beresiko menderita gangguan depresi meliputi pelecehan fisik, seksual, dan verbal, anak yang terlantar dan adanya sejarah pemakaian obat-obatan dalam keluarga. Perceraian serta kehilangan orang yang dicintai juga dapat menimbulkan emosi yang labil pada anak-anak, tapi tidak selalu merupakan penyebab depresi.

Meskipun anak anda baru balita, emosinya sangatlah nyata. Para ahli percaya bahwa makin banyak orang tua memberi perhatian pada perasaan anaknya, maka makin baiklah kemampuannya untuk mencari bantuan pada depresi. “Jika anak anda mengatakan, “
‘saya sangat sedih dan ingin lompat dari jendela’, sebaiknya anda memandang perkataan ini secara serius,”kata Rody memperingatkan. Tanyakan pada anak anda hal-hal di bawah ini untuk mengetahui penyebab kesedihan anak anda :

Apa yang terjadi hari ini sehingga kamu sangat sedih?
Apa yang membuat kamu bahagia?
Apa sih yang kamu cari?
Apa yang inginkan terjadi padamu?
Jika kamu dapat merubah dirimu, apa yang ingin kamu ubah?

Perawatan bagi anak dan remaja yang menderita depresi termasuk kombinasi dari psikoterapi individu dan konseling keluarga. Supaya optimal, menurut Rody, terapi haruslah melibatkan orang tua, saudara dan orang yang penting dalam kehidupan sang anak, seperti guru, dan kakek-nenek. Perawatan lainnya meliputi terapi bermain, evaluasi berkelanjutan dan pada beberapa kasus, menggunakan obat. Obat antidepresi seringkali digunakan untuk merawat kasus depresi menengah. Yang penting juga, belumlah diijinkan untuk memberikan obat atidepresi pada anak di bawah usia 8 tahun.

0 comments:

Posting Komentar

Bunda Dan Ananda © 2008 Template by:
bunda dan ananda