Senin, 04 Juni 2012

DAMPAK PERCERAIAN


Perceraian memiliki dampak terhadap mantan pasangan suami istri dan anak. Akan tetapi dalam uraian ini akan dibahas dampak perceraian yang akan dialami oleh anak. Menurut Maryana, M.Psi,Psi psikolog anak RS Awal Bros Batam.
Reaksi anak terhadap perceraian orang tua sangat tergantung pada penilaian mereka sebelumnya terhadap perkawinan orangtua mereka serta rasa aman di dalam keluarga. Tidak bisa dipungkiri bahwa perceraian memberikan dampak secara psikologis terhadap anak. Diketahui bahwa lebih dari separuh anak yang berasal dari keluarga tidak bahagia menunjukkan reaksi bahwa perceraian adalah yagn terbaik untuk keluarganya. Sedangkan anak-anak yang berasal dari keluarga bahagia lebih dari separuhnya menyatakan kesedihan dan bingung menghadapi perceraian orang tua mereka.


Maryana mengemukakan bahwa anak-anak yang orang tuanya bercerai sering hidup menderita, khususnya dalam hal keuangan serta secara emosional kehilangan rasa aman di dalam keluarga.
Orang tua secara  tidak langsung akan berperan tunggal dalam mengasuh anaknya. Dengan siapapun jatuhnya hak asuh anak baik ayah maupun ibu tetap akan menanggung beban lebih besar saat terjadinya perpisahan,” jelas Maryana.

Dampak perceraian lain yang terlihat adalah meningkatnya “perasaan dekat” anak dengan ibu serta menurunnya jarak emosional terhadap ayah. Hal ini jika hak asuh jatuh kepada ibu, begitu pula sebaliknya. Selain itu anak-anak dengan orang tua yang bercerai merasa malu dengan perceraian tersebut. Sehingga pada kasus tertentu mereka menjadi inferior dengan anak-anak lain.
Pada dasarnya setiap anak pasti menginginkan keluarga yang bahagia dan harmonis. Sebagian besar anak-anak menentang perceraian, tapi apabila terlihat adanya argument keras orang tua dan ditambah dengan kekerasan fisik, akhirnya anak tidak bisa menentang perceraian, karena mereka hanya ingin keributan orang tua berhenti.

Alasan perceraian yang umum diajukan oleh pasangan suami istri adalah karena adanya masalah dalam perkawinan yang sulit diatasi sehingg mendorong mereka untuk mempertimbangkan perceraian.
Perceraian terkadang adalah satu-satunya jalan bagi beberapa orang tua untuk dapat terus menjalani kehidupan sesuai yang mereka inginkan. Pada beberapa kasus perceraian selalu dikatakan bahwa perceraian dapat menimbulkan akibat buruk pada anak.

Tapi dalam kasus tertentu, perceraian bisa jadi merupakan alternative terbaik daripada membiarkan anak-anak terus tinggal bersama keluarga yang penuh dengan pertenkaran yang buruk.
Ketika orang tua melalui proses perceraian,sayangnya cukup banyak yang cenderung untuk focus pada kekhawatiran diri mereka sendiri. Bukan memperhatikan bagaimana dan apa yang sedang terjadi pada anak-anak keika proses perceraian akan dan sedang berlangsung.

Akibatnya, orangtua tidak lagi memperhatikan anak-anak mereka, kurang disiplin dan kurang memberikan kasih sayang. Mereka justru memberikan tanggung jawab dan tekann pada anak tanpa mereka menyadarinya.

“Salah satu efek psikologis perceraian pada anak-anak adalah saat anak mengambil peran sebagai penghibur salah satu orang tua, berusaha merangkul kakak atau adik mereka untuk selalu bersama dan lebih kuat dalam perpisahan orang tua mereka ini, dan membantu melakukan pekerjaan rumah tangga di rumah, keadaan ini secara psikologis sangat berpengaruh bagi kejiwaan anak,” jelas Maryana.
Maryana menambahkan, suatu ketika psikologis anak menolak keadaan yang mereka terima. Anak-anak kadang menjadi marah karena sebenarnya mereka merasa terjebak oleh “masalah yang dihasilkan “ orang tua dan merasa “dirampok” kehidupannya.

Pada awalnya mungkin anak akan sulit menerima keputusan orang tuanya untuk berpisah. Tapi seiring dengan berjaannya waktu dan dengan bantuan orang tua dan anggota keluarga yang lainnya, anak-anak akhirnya dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang tejadi di keluarga mereka.
Dampak psikolog dari perceraian terhadap anak-anak

Dampak psikologis dari perceraian terhadap anak-anak ini bisa bermacam-macam. Anak-anak yang orang tuanya bercerai biasanya menderita berbagai masalah psikologis seperti :
  • Memiliki rasa bersalah dan suka menyalahkan diri sendiri.
  • Merasa tidak percaya diri atau rendah diri. 
  •  Merasa tidak diinginkan atau ditolak oleh orang tuanya
  •  Merasa tidak merasa aman dan sendirian/kesepian.
Perasaan-perasaan diatas yang dimiliki anak hasil perceraian dapat memicu tibulnya perkembangan perilaku seperti:
  • Depresi dan suka memberontak
  • Pendiam, tidak ceria dan suka bersedih
  • Mudah marah, agresif, suka mengamuk berbuat kerusakan atau bertindak kasar.
  • Sulit berkonsentrasi dalam belajar yang dapat mengakibatkn prestasi sekolah menurun. 
  • Takut memulai hubungan dengan lawan jenis karena takut gagal seperti orang tuanya.
Penting untuk diketahui bahwa dampak perceraian keluarga tidak selalu sama, karena setiap orang tua dan anak berbeda. Pada beberapa anak, mereka tidak hanya akan mendapat dampak psikologis ketika kecil saja, tetapi juga dampaknya dapat berlanjut sampai mereka dewasa juga.

Anak korban perceraian yang berhasil melalui proses adaptasi, tidak akan mengalami kesulitn yang berarti ketika meneruskan kehidupannya ke masa perkembangan selanjutnya. Tetapi bagi anak yang gagal beradaptasi dengan lingkungan baru setelah perceraian, maka anak akan membawa dampak ini hingga dewasa seperti perasaan ditolak, tidak percaya diri dan tidak dicintai.


Sumber : harian “Haluan Kepri-Ibu danAnak”

0 comments:

Posting Komentar

Bunda Dan Ananda © 2008 Template by:
bunda dan ananda