Jumat, 05 Maret 2010

ANAK-ANAK SAHABAT PEMASANG IKLAN

Apa masalah yang timbul dengan baynak mengkonsumsi iklan? Iklan potensial menumbuhkan sikap konsumtif. Ajakan iklan bertubi-tubi yang mendorong orang untuk bersikap konsumtif dapat menciptakan gaya hidup boros masyarakat.

Apakah anak-anak anda suka menyanyikan lagu iklan? Apakah anak-anak anda hafal dengan merek-merek prosuk yang diiklankan di TV? Apakah anak-anak anda suka meminta untuk dibelikan barang-barang yang dilihatnya dalam iklan TV?


Saya rasa, semua anak nonton TV akan seperti itu. Mereka hafal banyak lagu iklan. Mereka produk-produk terbaru dari iklan. Mereka juga suka merengek untuk dibelikan ini-itu. (seperti biscuit,snack, susu, sepatu, mainan) atau pergi ke sana-sini (misalnya restoran fast food, tempat rekreasi, menonton film bioskop terbaru) setelah melihat iklan TV.

Anak-anak dan iklan TV adalah teman baik. Anak-anak senang melihat iklan, karena tampilannya menarik dan mempesona mereka. Sementara bagi pemasang iklan, anakanak adalah sahabat terbaik.

Anak-anak menjadi sahabat pengiklan karena mereka amat mudah dipengaruhi. Anak-anak gampang dibujuk. Iklan TV amat efektif untuk menjangkau anak-anak.
Televise kita hidup dalam system media yang sangat komersial. TV terutama hisup untuk menjuak khalayak penonton kepada para pemasang iklan. Tujuan utamanya bukanlah menyampaikan acara hiburan kepada pemirsa, melainkan memanfaatkan popularitas program-program untuk menhadapkan pemirsa kepada pesan-pesan iklan. Sebenarnya, acara-acara TV komersial yang kita saksikan hanyalah ‘umpan’ untuk mendekatkan kita dengan iklan!

Dan anak-anak adalah kalangan yang gampang sekali diberi umpan itu. Mereka bisa ternganga-nganga di depan layer TV, menonton acara dengan asyiknya, bujukan iklan pun masuk kebenak mereka.

Pengiklan tahu benar bahwa anak-anak mempunyai pengaruh besar pada kocek keluarga. Anak-anak bisa menjadi perantara antara kita, orang dewasa, dan pengiklan. Begini: pengiklan membujuk anak-anak melalui iklannya. Anak-anak yang mudah terpengaruh akan meminta barang yang diiklankan kepada orangtuanya.

Kemudian, kita, karena saying anak, akan membeli barang itu. Jadi, sebenarnya, iklan TV juga menjangkau kita melalui perantaraan anak-anak. Itulah sebabnya pengiklan menjadikan anak-anak sahabat mereka.

Dunia periklanan tahu benar, TV adalah medium yang diciptakan untuk menjual. Ini dimanfaatkan benar oleh pengiklan.
Lihat sajalah televise kita. Iklannya amat sangat banyak. Negara kita tercatat sebagai Negara dengan tingkat iklan TV paling padat didunia. Artinya, diantara penduduk dunia, orang Indonesia adalah manusia paling banyak dijejali iklan TV. Rata-rata orang Indonesia menonton iklan TV sebayak 852 iklan per minggu. Ini jauh diatas data dunia yang menunjukkan bahwa rata-rata orang mengkonsumsi TV 561 iklan per minggu.

Padatnya iklan di TV ini amat potensial untuk membius anak-anak. Selain anak, kalangan lain yang juga mudah terbujuk iklan adalah kaum muda dan mereka yang kurang daya kritisnya.

Apa masalah yang timbul dengan banyak mengkonsumsi iklan? Iklan potensial menumbuhkan sikap konsumtif. Aaajakan iklan bertubi-tubi yang mendorong orang untuk bersikap konsumtif dapat menciptakan gaya hidup boros masyarakat. Orang didorong untuk tidak berhemat atau menunda keinginan.

Pada anak-anak bahwa ini jauh lebih besar karena dikap kondumtif ini bisa menjadi sesuatu yang permanent, sikap yang menetap hingga dewasa. Bayangkanlah jika sejak kecil ia dibiasakan untuk inginselalu mengkonsumsi barang, untuk boros, untuk tidak hemat atau menunda keinginan, bagaimanakah sikap hidup dia jika sudah besar nanti?
Lantas, jika deraan iklan itu begitu besar dan demikian susah menghindarkan anak-anak dari iklan TV, apa yang bisa dilakukan? Ada beberapa saran bagus dari Milton Chen, ahli pertelevisian pendidikan anak. Menurutnya langkah ini dapat dilakukan untuk membantu membela anak dari serbuan iklan-iklan TV.

Pertama, jadikan iklan itu bisu. Iklan akan kehilangan sebagian daya pikatnya bila tidak dibarengi suara. Chen menyarankan, jika anak anda menonoton TV, ulurkan remote controlnya dan ajari mereka cara mematikan suara. Usahakan agar pembisuan ini diterima sebagai isyarat untuk menonton iklan TV: ‘kalau iklan muncul, matikan suaranya’.

Kedua, kritiklah iklannya manfaatkan setiap kesempatan untuk mengajar anak anda agar menjadi ‘melek iklan’. Jelaskanlah kepada anak-anak bagaimana iklan dibuat dan untuk apa iklan dibuat. Ajari mereka bahwa dan untuk apa iklan dibuat. Ajari mereka bahwa iklan sering berlebihan, tidak menampilkan produk secara sebenarnya.
Katakan kepada mereka bahwa melihat iklan membuat kita sedang dibujuk untuk membeli barang dan besar kemungkinan barang itu tidak kita butuhkan. Pengetahuan yang kita sampaikan itu akan mengajari anak kita untuk belajar ‘membaca’ dan ‘mengkritik’ iklan.

Ketiga, ajarkan jurus-jurus periklanan. Ajarkan anak anda teknik-teknik membuat iklan. Untuk ini kita sebagai orang tua memang harus punya pengetahuan memadai tentang bagaimana pengiklan membuat iklannya. Kita dapat memperoleh pengetahuan semacam ini dengan mencari referensi sendiri atau berbicara dengan para model iklan atau mereka yang bergerak di dunia periklanan. Seorang model iklan shampoo misalnya bercerita kepada saya bahwa rambutnya diberi highlight warna ungu agar rambut tampak hitam legam di layer. Sementara seorang mantan karyawan biro iklan terkenal mengatakian bahwa susu di iklan kadang bukan susu beneran, melainkan cat ( agar tampak putih dan kental.!). cerita-cerita ini bisa kita ceritakan kepada anak agar ia tahu bahwa iklan TV sendiri merupakan prosuk rekayasa.

Kita semua ingin menjadi orang tua yang baik. Mengajarkan anak untuk kritis terhadap iklan adalah salah satu yang bisa kita lakukan untuk menjadi orang tua yang baik bagi anak. Ini suatu keniscayaan karena serbuan iklan sudah demikian deras menerjang anak kita. (Ummi/mei 2005)


0 comments:

Posting Komentar

Bunda Dan Ananda © 2008 Template by:
bunda dan ananda