Jumat, 25 Desember 2009

MESRA DENGAN MERTUA

Ada yang mengeluh dengan sikap ibu mertua, ada pula yang bisa berhubungan dengan baik bahkan kerap bersikap mesra dengan ibu mertua. Itu kan gimana kitanya, kata seorang ibu muda yang kebetulan ibu mertuanya sangat baik. Namun, berbeda dengan menantu yang kerap kali berurusan tak sedap dengan ibu mertuanya.


Ibu mertua saya payah deh, habis suka mencampuri urusan menantunya pada hal kami kan sudah dewasa dan bisa menentukan yang terbaik bagi kami. Lain pula dengan fulanah, saya kesal sama ibu mertua, kerjanya suka mengkritik terus, saya serba salah apa yang mesti saya lakukan.

Saya mah alhamdulillah, ibu mertua saya bageur pisan (baik sekali) kata Euis dengan logat sundanya yang kental. Kerjaan saya banyak terbantukan oleh ibu mertua, bahkan bila saya sedang sibuk, ia membantu meringankan pekerjaan saya.

Sebenarnya sih saya juga nggak ada masalah dengan ibu mertua, sayangnya ibu mertua saya ndak bisa berbahasa Indonesia. Apalagi logat bicaranya seperti orang marah, pokoknya nggak nyambung deh…begitu pengakuan seorang ibu dari dua orang putra.

Saya nasihatkan kepada menantuku agar tidak loyo dalam mengatur rumah tangga. Jangan sampai anak-anak mendapat menjadi anak-anak yang bandel karena kurang mendapat perhatian dari ibunya. Coba tiru mama, tiru sayal, mana ada anak-anak saya yang bandel. Begitu cerita laras tentang pesan ibu mertuanya yang nampak kurang percaya kepada dirinya dalam mengurus rumah tangga dan terkesan agar meniru mama, ibu mertuanya.

Begitulah ragam pendapat beberapa menantu tentang ibu mertuanya. Memang, ibu mertua itu gampang-gampang susah. Dikatakan gampang menakala adanya sebuah pengertian antara menantu dan mertua. Susahnya, bila kedua belah pihak sama-sama keras, tidak ada pengertian dan toleransi.

Mertua sebenarnya sosok yang sangat menguntungkan bagi istri, karena ia bisa jadi partner dalam membina hubungan baik dengan suami. Kenapa demikian? Karena ia merupakan gudang informasi tentang suami, ia mendidiknya dari kecil hingga dewasa, pastilah ia tahu persisi tentang karakter anaknya yang kini menjadi suami anda.

Disamping itu, ibu mertua bisa anda jadikan sebagai sahabat dekat anda meminta bantuanny, manakala anda sedang bermasalah dengan suami. Atau menjadi pengasuh anak-anak alias cucu-cucunya, ketika anda dan suami ada urusan lain, misalnya mengikuti kajian atau menengok kerabat yang sedang sakit.

Untuk itu kita tidak perlu apriori dengan ibu mertua, kandatipun kita sedang bermasalah dengannya. Lakukan evaluasi dan ajak suami berdiskusi agar hubungan anda dengan ibu mertua cair kembali. Memang, bagi suami serba salah ketika anda dan ibunya bermasalah, meskipun anda dalam posisi yang benar misalnya, tetap saja suami maju mundur untuk mentralisir gap yang ada. Inipun hendaknya anda mengerti akan posisi sang suami.

Atau carilah momentum yang tepat untuk menyelesaikan masalah agar tidak berlarut-larut, mengalah untuk menang tentu lebih baik bagi seorang menantu daripada menang untuk kalah. Bila cara ini yang kita tempuh saya yakin ibu mertua anda akan bersimpati terhadap anda, karena kadang-kadang seorang mertua pun menguji sampai sejauh mana kedewasaan anda, demikian paparan sorang konsultan rumah tangga di kota kembang.

Selanjutnya yang perlu dipertimbangkan bagi anda dalam membangun hubungan mesra dengan ibu mertua adalah tebalkan telinga bila mendengar kritikannya, tidak perlu terpengaruh. Lakukan apa saja yang terbaik menurut anda dan buktikan memang anda bisa melakukan dan menyelesaikannya dengan baik.

Ada beberapa tips mesra dengan mertua:

  1. Akrab dengan ibu mertua. Dengan hubungan yang akrab, akan mengurangi kesalahpahaman, sikap-sikap yang kurang berkenan, dan berbagai kecurigaan dapat dihilangkan. Sehingga komunikasi menjadi terbuka dan semakin dekat sera akrab.
  2. Berusaha menjauhi hal-hal yang tidak berkanan di hati mertua. Segala tingkah laku, ucapan, dan gerak-gerik yang tidak menyenangkan mertua dijauhi, sehingga tidak ada hal yang dijadikan alasan untuk membencinya.
  3. Menantu dan mertua selalu menyelesaikan segala kesalahpahaman berdasarkanm pedoman agama, sehingga dapat diperoleh kesamaan berpijak untuk menyelesaikansemua persoalan yang terjadi di antara mereka.
  4. Menantu selalu bersikap merendah kepada mertuanya dan meminta utnuk selalu diberi bimbingan agar tidak terjadi kesalahpahaman dan perselisihan diantara mereka. Walaupun menantu berpendidikan lebih tinggi daripada mertua, namun bendaklah menantu selalu menempatkan diri sebagaimana layaknya seorang murid yang perlu petunjuk guru dihadapan mertuanya.

Sumber : Nabila Edisi 2/ juni 2004

0 comments:

Posting Komentar

Bunda Dan Ananda © 2008 Template by:
bunda dan ananda