Kamis, 23 Juli 2009

DON'T WORRY, BE HAPPY!



Ingin punya anak sehat dengan proses tumbuh kembang yang pesat? Buat saja si kecil selalu bahagia!

Kebahagiaan membawa berkah. Ini juga berlaku buat kesehatan.
Menurut dr. I.G. Nyoman Ayu Partiwi, Sp.A, MARS, staf pada Klinik Tumbuh Kembang, RS Bunda, Jakarta, emosi terkait erat dengan masalah kesehatan, termasuk buat anak-anak. Emosi contohnya, berdampak langsung pada kekebalan tubuh.

Bagaimana persisnya?.

Kekuasaan Otak

Bagai saluran televisi kabel. Begitulah sistem saraf dan sistem peredaran darah di tubuh Anda. Kedua sistem ini yang mewadahi komunikasi antara otak dan seluruh tubuh yang muncul dalam berbagai bentuk kondisi kesehatan, demikian jelas dr. Partiwi.

Otak tentu saja amat ‘berkuasa'. Ia bisa mempengaruhi tubuh melalui sistem saraf yang mengirim rangsang ke seluruh jaringan tubuh. Akibatnya, otak pun mempengaruhi perilaku berbagai organ tubuh.

Misalnya saja, otak, lewat sistem saraf dapat mempengaruhi perilaku sistem kekebalan tubuh, yang berhubungan dengan sumsum tulang belakang, yang notabene adalah ‘pabrik' sel darah putih, sang pelawan penyakit. Nah, otak dan saraf tentu saja kadang ‘bergejolak' dan memberikan stimulasi berdasarkan keadaan jiwa seseorang. Ini semua akan berkait langsung dengan bagaimana otak nantinya akan mempengaruhi organ-organ pelawan penyakit.

Jadinya, jika si kecil sering sedih atau marah, maka sistem kekebalan tubuhnya akan ikut-ikutan terganggu atau melemah. Sedangkan, kalau ia bahagia, banyak tertawa dan bergembira, sistem kekebalan tubuhnya bisa meningkat.

Namun, itu bukan berarti balita Anda tak perlu obat ketika sakit. Obat-obatan antibiotik tetap diperlukan untuk mengatasi infeksi bakteri. Cuma, bila tubuh sudah kepenuhan berbagai ‘racun' dan sistem kekebalan tubuh lemah, akibatnya infeksi akan berkepanjangan. Maka itu, lemahnya kekebalan tubuh perlu diatasi dengan kerja sama antara obat, makanan, serta seluruh sistem tubuh yang juga dipengaruhi oleh pikiran dan emosi,” lanjut dr. Partiwi.

Tubuh, pancaran jiwa

Menurut Dr. George Engel , peneliti dan psikiater dari Department of Psychiatry, University of Rochester Medical School, Amerika Serikat, kalau ingin sehat, kita memang harus memperhatikan berbagai faktor yang saling berinteraksi dalam menghasilkan kesehatan tubuh yang utuh.

Berbagai faktor tersebut adalah genetik atau diturunkan, lingkungan, faktor psikologi, serta faktor sosial. Nah, jika salah satu saja dari faktor itu membuat ‘ulah', maka kesehatan kita akan terganggu.

Fokus penelitian Engel memang lebih ditujukan pada komunikasi antara tubuh dan pikiran. Dan ternyata, pikiran dan perasaan dapat mempengaruhi tubuh melalui dua cara, yakni sistem saraf, seperti yang disebut sebelumnya, dan sistem peredaran darah.

Ciptakan lingkungan bahagia

Emosi, ternyata bukan hanya berhubungan dengan kekebalan tubuh saja. ‘Komunikasi' perasaan dan kondisi tubuh juga berpengaruh besar terhadap tumbuh kembang anak sejak bayi. Hal tersebut dibuktikan penelitian yang dilakukan terhadap anak-anak panti asuhan yatim piatu di Iran oleh Dr. Warren Dennis, dokter anak dari Amerika Serikat. Hasilnya, 60% dari anak-anak usia 2 tahun di panti itu belum mampu duduk sendiri, tanpa disangga apa pun.

Bukan itu saja. Dalam berkomunikasi dengan orang lain, anak-anak panti asuhan itu juga mengalami hambatan. Menurut Dennis, perbendaharaan kata mereka sangat minim. Perkembangan mereka pada setiap tahapan usia juga mengalami keterlambatan ketimbang anak-anak yang tinggal di rumah dan diasuh oleh orang tuanya sendiri.

Dari hasil penelitian ini terbukti, penyebab keterlambatan proses tumbuh kembang anak-anak terebut adalah kurangnya cinta dan kasih sayang. Perasaan kurang happy jelas-jelas menghambat tumbuh kembang mereka. Bahkan dikatakan juga, emosi yang terpendam, trauma fisik, gizi yang buruk, serta stres, akan menyebabkan aliran energi dalam tubuh terhambat.
Semua faktor itu memang dapat melemahkan sistem kekebalan anak. Bukan hanya itu. Sistem tubuh lainnya, seperti jantung dan pembuluh darah, juga akan ikut-ikutan terganggu, Jadi, kalau mau balita Anda tumbuh dan berkembang optimal, ya dia harus happy ,” tandas dr. Partiwi.
Nah, tunggu apa lagi? Segera perbaiki suasana hati di rumah Anda demi kesehatan si kecil, dan juga Anda sendiri.

Jantung pun Jadi Sasaran

Pengaruh perasaan dan pikiran juga mencapai berbagai kelenjar di sistem hormonal tubuh, tulang, otot, organ dalam (usus, hati, dan sebagainya), bahkan dinding pembuluh darah dan pembuluh darah balik. Jadi, bisa pula mempengaruhi kerja jantung.

Menurut Cinthya Medich, Ph.D , spesialis jantung dan peneliti pada Mind/Body Medical Institute Harvard Medical School, Amerika Serikat, “Pengaruh perasaan dan pikiran bukan cuma terhadap irama jantung, namun juga berbagai fungsinya. Semua itu, tanpa Anda sadari, sebenarnya dikendalikan oleh otak.” Tak heran, jika si kecil gugup, jantungnya akan berdegup lebih kencang dan ujung jari jemari tangannya langsung dingin.
Sementara pada orang dewasa, serangan yang muncul bisa berbeda. “Hubungan antara jantung dan otak melibatkan pengeluaran dua jenis hormon stres, yaitu kortikosteroid dan katekolamin, ke aliran darah. Hormon tersebut akan mengubah tekanan pada pembuluh darah jantung, cenderung menggumpalkan darah, meningkatkan kadar gula darah, lemak, dan denyut jantung, serta menyempitkan pembuluh darah di permukaan jantung, dan sebagainya,” kata Medich .

Memelihara Emosi Si Kecil

Kesehatan emosi anak perlu dipelihara sejak dalam kandungan, saat persalinan, dan masa kanak-kanak. Untuk itu, Anda perlu:

  • Mendengarkan apa yang dirasakan dan diungkapkan si kecil.
  • Menghargai perasaannya ketika mengungkapkan ekspresi dan emosi.
  • Mengkomunikasikan perasaan Anda dengan penuh kasih. Misalnya, menyusui, menggendong, memeluk, serta selalu mengajaknya berbicara

0 comments:

Posting Komentar

Bunda Dan Ananda © 2008 Template by:
bunda dan ananda