Minggu, 18 Januari 2009

SIKECIL CERIWIS?


Bila alur bicaranya tak jelas, waspadai...

Memiliki anak pintar ngomong alias ceriwis (talkactive) sangat menggemaskan. Meski anak yang diam tidak selalu ber IQ rendah, konon anak yang demikian itu menunjukkan tingkat intelektualitas menengah keatas. Biasanya, anak yang cerdas dan fasih dalam berbicara, sikapnya lebih dewasa dibanding teman sebayannya. Dia juga lebih suka bergabung dengan teman-temannya.

Apa yang membuat anak jadi ceriwis? ada beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain usia, pengalaman, serta pola kepribadian turut mempengaruhi pada tema dan materi obrolan. Tingkat obrolan untuk anak usia prasekolah misalnya, akan berbeda dengan anak usia TK, SD maupun anak yang usianya lebih besar. Pada intinya, semakin besar usia anak materi pembicaraannya lebih beragam, karena pengalamannya pun lebih banyak.

Sebagai orang tua sebenarnya tidak perlu merisaukan punya anak ceriwis, sepanjang celotehannya runtut (beralur) dan mudah dimengerti oleh lawan bicaranya. Anak-anak tipe ceriwis ini biasanya memanfaatkan keceriwisannya ini untuk memikat lingkungan.

Seperti ketika anak mulai belajar bicara, pengaruh lingkungan mempunyai peran yang sangat mendukung, misalnya dengan melihat dan mendengar, anak dapat memperoleh alat bantu penting untuk perkembangan bicaranya. Semakin kaya dengan perbendaharaan kata tentunya akan mendorong anak untuk berbicara.

Orang tua perlu khawatir atau waspada jika celotehan anak tanpa henti, asal bunyi dan susah dimengerti orang lain karena bicaranya kacau. Misalkan, ketika anak bercerita tentang bonekanya, dengan cepat ia beralih ke temannya, lalu tentang pakaiannya, makanan kesukaan, dan lain-lain tanpa henti. Akibatnya lawan bicara tidak mengerti apa sebenarnya yang ingin diutarakan si anak.

Kewaspadaan orang tua itu penting untuk mengetahui lebih dini kemungkinan adanya masalah atau gangguan yang terjadi pada anak, serta pentingnya mengambil langkah selanjutnya, sebaliknya beberapa faktor ini cenderung membuat anak diam,

Faktor Bahasa. Anak yang terbiasa dengan bahasa ibu, ketika diluar rumah menjadi canggung mengutarakan pikirannya. Padahal dirumah cukup aktif.
Orang tua atau lawan bicara selalu membatasi pembicaraan. Ini biasa terjadi pada anak yang lahir belakangan, Misalkan ketika adiknya berceloteh, sang kakak langsung mengeremnya agar tidak berbicara lebih lanjut.

Materi apa yang ia bicarakan umumnya berkisar tentang hal-hal yang pernah ia jalani atau alami. Ada kalanya anak juga membicarakan topik yang sering diobrolkan orang tua meski dengan bahsa yang belum sempurna, misalkan tentang makanan, suka dan tidak suka, dan lainnya.

Nah menghadapi anakl ceriwis, bagaimana seharusnya orang tua bersikap? Sebaiknya orang tua tidak terburu-buru untuk menilai negatif pada anak. Justru tugas orang tua untuk mengarahkannya agar ia tahu etika berbicara yang baik. Terlebih jika alur bicaranya melompat-lompat, orang tua perlu waspada. Siapa tahu si kecil punya masalah sulit berkonsentrasi.

Tips menghadapi anak ceriwis:
Tanggapi namun dengan syarat.
Misal obrolan dilanjutkan setelah mengerjakan PR. Jangan sampai anak mengobrol karena mengalihkan atau menghindari dari tugas sekolahnya.
Latih anak ganti mendengarkan orang lain, atau memberi kesempatan orang lain berbicara. Hal ini akan melatih anak agar tidak egois.
Bila ucapannya menyinggung perasaan orang lainatau kurang sopan, beri pengertian atau arahkan dengan hati-hati.


0 comments:

Posting Komentar

Bunda Dan Ananda © 2008 Template by:
bunda dan ananda