Jumat, 06 Desember 2013

TIGA TIPE ANAK

Anak yang mudah

Anak-anak golongan ini biasanya penampilannya penuh keb3eranian dan terbuka. Tampil dan berbicara apa adanya. Mudah bergaul dengan orang-orang yang baru dikenalnya, lincah serta banyak bicara. Mereka sama sekali tidak canggung berada di lingkungan yang baru. Bahkan beberapa dari anak-anak ini tergolong sangat aktif.

Secara sekilas orang tentu kagum.” enak punya anak seperti Zaki,” komentar ibu-ibu. “Tidak merepotkan,” tambah ibu yang lain. Memang tidak merepotkan, karena di rumah pun Zaki lebih banyak main keluar. Ada segudang teman-temannya yang biasa ia datangi rumahnya, satu persatu setiap hari. Ia pulang hanya untuk makan dan tidur saja. Hanya sesekali ia mengajak teman-temannya bermain dirumah.

Tetapi ada kelemahan pula pada anak-anak golongan ini. Karena saking mudahnya beradaptasi, jadi terlalu sering berpindah tangan pengasuh. Ini buruk akibatnya bagi dirinya sendiri. Seminggu tinggal bersama nenek, baru pulang sebentar dijemput tantenya untuk dibawa selama 7 hari pula.

Setiap orang tak pernah punya pola asuh yang sama. Batasan, larangan, cara memerintah, cara membujuk hingga nilai-nilai yang disampaikan dari ibu, tante dan nenenk tidak akan pernah sama. Bahkan ada kalanya bertolak belakang. Semuanya itu hanya akan membuat anak bingung hingga pada akhirnya mereka jadi sulit diberi pengertian.

Selain itu, karena sifat anak-anak ini yang suka mencoba hal yang baru, orang tua harus waspada terhadap barang-barang yang berbahaya. Zaki sendiri pernah mencoba memasukkan jarinya ke dalam kipas angin yang sedang berputar dirumah temannya. Tentu saja luka yang ia bawa pulang.

Anak yang perlu pemanasan

Tidak terlalu berani, tidak pula penakut. Yang jelas ia perlu waktu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Setelah tenggang waktu tersebut, mereka telah memperoleh kepercayaan dirinya kembali. Ia juga bisa begitu berani sperti teman-temannya yang “mudah”.

Dengan yang belum dikenal mereka hanya diam walaupun bukan berarti penakut. Tetapi setelah kenal mereka bisa saja segera akrab. Anak-anak ini perlu dorongan semangat dari orangtuanya. Mereka perlu diberi motivasi terlebih dahulu.

Tindakan orangtua yang terlalu memaksa buka pemecahan masalah yang baik. Sering orang tua ingin anaknya menjadi pemberani seperti anak-anak “mudah”. Biasanya ketika anaknya menjadi gusar. Lantas keluarlah dari mulutnya omelan, sindiran atau bahkan ancaman. Lebih parah lagi bila memaksakan anak yang sednag proses penyesuain untuk segera melakukan yang diminata orang tua.

Waktu pemanasan yang dibutuhkan oleh anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru bisa dipersingkat dengan latihan-latihan. Sebelum anak dilatih dengan membawanya ke tempat-tempat baru baginya., lebih baik bila diberi pengerian dan motivasi terlebih dahulu. Ini agar anak tidak terlalu terkejut dan sudah sedikit mengenal lingkungan baru tersebut lewat cerita ibunya.

Cara lain adalah dengan meningkatkan keberaniannya secara umum. Misalkan dengan jenis permainan tertentu yang memacu tumbuhnya keberaniannya. Juga dengan memperluas sosialisasi dan proses pergaulannya yang alami dengan teman-teman sebayanya.

Anak yang sulit

Anak ini sering makan hari orang tua. Membuat gemas, jengkel sekaligus malu. Bayangkan, kemanapun orang tua pergi, ia membuntut, baju itu tak pernah lepas dari pegangan tangnnya. Bila ada orang menyapa, ia justru menelusupkan wajah di sela-sela baju ibu, seakan-akan hendak masuk ke dalamnya.

Itulah Fira, sikecil mungil yang lembut ini tampaknya sama sekali tak tertarik untuk ikut bermain bersama temannya. Ibunya heran, mengapa anaknya selalu mempunya rasa takut dan khawatir yang berlebihan bila berada di lingkungan yang baru. Denang orang-orang yang belum dikenalnya ia sama sekali tak mau bicara. Padahal dirumah, ditengah keluarga, Fira adalah jenaka serta bibir tipisnya tak berhenti menceritakan satu demi satu teman-teman barunya. Siapa yang tak heran.

Ketika tiba di halaman sekolah, fira kembali berubah menjadi gadis penakut, pasif, dan pemalu yang terus minta ditemani ibu duduk di kelas. Itu berlangsung selama pecan pertama. Seminggu berkutnya ibu boleh menunggu diluar kelas tetapi harus sambil berdiri di dekat jendela sehingga Nampak dari dalam.

Di dalam kelaspun ia belum tertarik untuk berkomunikasi dengan teman-temannya pada mingu-minggu awal. Pertama kali ia mau ke depan kelas untuk bernyanyi setelah sebulan.

Satu-satunya yang bisa dilakukan orang tua terhadap anak seperti ini adalah bersabar menunggu waktu. Hanya waktu yang bisa menyelesaikannya. Tak ada gunanya capai-capai mendamprat, mengomel, atau ngotot memaksanya untuk jadi pemberani. Percuma, bikin sakit hati saja. Bahkan omela, ejekan dan hinaan, dalam banyak kasus hanya akan menghilangka rasa percaya diri si anak.

0 comments:

Posting Komentar

Bunda Dan Ananda © 2008 Template by:
bunda dan ananda