Minggu, 19 September 2010

PSIKOPAT


AWAS PSIKOPAT DISEKITAR KITA
MEREKA BERSEMBUNYI DI BALIK SOSOK SANTUN DAN SUPEL

Fakta mencatat bahwa 1 persen dari total populasi dunia mengidap psikopat, satu jenis kelainan jiwa. Delapan puluh persennya lebih banyak yang berkeliaran bebas daripada tinggal di rumah sakit jiwa. Mereka bisa berada di kantor, berbaur dengan kita di mal atau disekolah anak-anak. Mungkin juga salah satunya orang yang terdekat yang bisa saja membahayakan anak-anak kita tercinta.

Dua kasus gangguan jiwa, yakni Ryan si Jagal dari Jombang dan Renata Tan yang membunuh 3 pembantunya adalah contoh pengidap psikopat. Mereka memiliki kelainan perilaku sampai mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain. Para penculik anak, perilaku pedofilia dan sodomi (kelainan seks yang menyukai anak-anak dan anak laki-alaki) juga bisa dikategorikan psikopat. Meski motif menculik misalnya untuk uang, tapi tidak peduli risiko, adalah gejala seorang psikopat.

Sepintas, seorang psikopat layaknya manusia normal, artinya manusia yang tidak terganggu kesehatan jiwanya. Ia bisa terlihat menarik, pribadi yang likeable, charming, intelek, perhatian, impresif, lembut dan pintar merayu karena itu mereka mudah “menipu” lawan jenis atau bahkan yang sejenisnya. Biasanya rasa percaya dirinya tinggi, umunya pintar dan cerdas secara akademik, pandai melucu dan pintar bicara. Ia pun sering memarkan pribadi sweet psychopathic yang santun, manis perilakunya, manis dan indah tutur katanya, manis dandanannya, menyenangkan sebagai kawan, dan rajin beribadah. Namun juga bisa menjadi pribadi yang introvert (tertutup), tidak banyak bicara, penyendiri. Kata dr. Nova Riyanti Yusuf, SpKJ. Seorang psikopat bisa ada di sekitar kita dan anak-anak yang tak berdaya.

Psikopat menjadi fenomena gunung es. Dengan kondisi ekonomu Indonesia dan hubungan interaksi social masyarakat yang semaki memudar,m bukan tidak mungkin akan semakin banyak muncul psikopat di dekat kita tanpa kita sadari.

Waspadai pemicu psikopat

Psikopat (psychopath) berasal dari kata psyche (jiwa) dan pathos (penyakit). Gejalanya sendiri disebut psikopatik (psychopathic). Jika psikopatik bisa diaplikasikan untuk semua gangguan jiwa, psikopatologi akan mengerucut menjadi gangguan kepribadian, yang sering muncul adalah gangguan kepribadian anti social. Antisocial adalah orang yang tidak membutuhkan oran lain, tidak bisa berinteraksi secara baik dengan orang lain dan tidak tahu mana yang baik dan mana yang benar.

Menurut dr.Nova Riyanti, SpKj, penyebab selalu dilihat dari faktor bilogis, psimkologis dan sosiologis. Secara biologis mungkin ada anggota keluarga yang hereditary (turun temurun) mempunyai gangguan jiwa. Dari sisi psikologis, bagaimana perkembangan psikologis sejak kecil. Apakah ada trauma perlakuan abusive secara fisik dan psikis sehingga tidak pernah mendapatkan dukungan dari orang-orang yang dia kasihi. Hal itulah yang menyebabkan munculnya kepribadian lain yang kuat mempengaruhinya. Penyebab lainnya adalah faktor social yang salah satunya dapat dilihat dari kondisi ekonomi.

Kepribadian seseorang terbentuk pada usia 18 tahun. Yang membentuk kepribadian adalah nature (lingkungan) dan nurture (pola asuh keluarga). Kedua hal ini memegang peranan penting dalam pembentukan kepribadian. Menurut Nova, jika ada gangguan dalam proses-proses itu dia akan memiliki ketidakmampuan berinteraksi atau berhubungan dengan orang lain dan lingkungan.

Menurut dr. Nova, gangguan kepribadian baru dapat dinilai setelah usia 18 tahun, karena ciri kepribadian baru lengkap pada usia tersebut. Namun beberapa anak sudah ada yang mengalami gangguan sejak dini, misalnya autisme, retardasi mental, atau gangguan ringan seperti gangguan belajar, agresif, sering mimpi buruk dan suka berbohong.

Penyebab secara sosiologis dibenarkan sosiolog dari Universitas Indonesia, Erna Karim. Menurutnya, memang ada kemungkinan bagi pengidap psikopat masuk pada kategori sosiopat. Akan tetapi faktor social ini tak berpangaruh besar pada si psikopat. Biasanya sosiopat timbul karena faktor lingkungan dan mereka berkelompok, misalnya kelompok pengguna narkoba atau pecandu alcohol. Dan mereka hangya berinteraksi dan bersosialisasi dengn kelompoknya saja ; sisosipat akan cenderung lebih menutup diri dari dunia di luar kelompoknya. Berbeda dengan psikopat justru bisa berinterkasi dan bersosialisi dengan siapa saja. Ia bisa tampil sangat baik dengan orang-orang yang ada di lingkungannya.

Selain itu makin banyaknya para sosiopat dan psikopat sedikit banyak dipengaruhi globalisasi, dimana nilai-nilai baru datang dari luar masuk begitu derasnya. Sedangkan norma dan nilai yang ada pada bangsa kita tak dipegang teguh sehingga tak dapat membentengi diri guna memfilteri dir masing-masing. Seperti adanya UU pernikahan sesama jenis di Belanda. Di Indonesia hal ini bebas saja diberitakan, padahal penonton berita di Indonesia bukan hanya orang dewasa akan tetapi anak-anak. Belum lagi rekopntruksi pembunuhan psikopat ditampilkan di TV tanpa sensor. Di Negara lain hal ini mjustru tidak dipertontonkan. “padahal saat menonoton itulah, orang yang menonton akan menginternalisasi nilai-nilai itu secara tidak disadarinya. Sekitar 97% hasil tontonan televise bisa mempengaruhi perilaku kita,” tegas dosen sosiologi di FISIP UI itu.

Waspadai ancaman di sekitar kita

Mungkin banyak orang tak tahu kalau mengidap kelainan jiwa ini sudah menggejala. Menurut data 20% penduduk dunia mengidap psikopat. Dan 80% berkeliaran bebas sebagaimana orang normal lainnya. Kita mulai menjadi resah dengan istilah peokopat itu setelah beberapa waktu belakangan sering muncul. Contoh kasusnya konkret : Ryan, pembunuh berantai dengan belasan korban. Apalagi pemuda itu disebut-sebut pendiam dan memiliki pribadi yang sopan. “Psikopat itu ‘kan great imitator, orang yang bersembunyi di balik topeng Mr Right alias pribadi yang sempurna,” katanya. Lalu pembunuhan Renata sampai tiga kali : pembunuhan ibu oleh anak, tuan rumah oleh tamu anaknya.

Menurut dr. Nova, pada dasarnya setiap manusia meski tanpa gangguan jiwa, memiliki insting untuk hidup, libido, insting kematian, dan insting agresifitas. Oleh karena itu, sudah saatnya masyarakat lebih peka dengan keadaan di sekitarnya, yang paling dekat tentu saja lingkungan keluarga.

Namun masyarakat sekarang kata psikiater cantik itu, terlalu self oriented, terlalu memikirkan diri sendiri sehingga tidak waspada terhadap lingkungan bahkan keluarganya sekalipun. Padahal gangguan jiwa sudah mengintai setiap individu karena konsekuensi dari ledakan penduduk dan masalah ekonomu Indonesia. Dan anak-anaklah yang paling rentan dengan ancaman para psikopat.

Anak-anak dengnakarakteristiknya seperti lemah, belum berkembang kemampuan analisisnya sehingga mudah termakan bujukan. Kemampuan membedakan yang (berniat) baik dan buruk yang juga belum berkembang, membuat anak-anak mudah menjadi korban. Misalnya korban kekerasan, penculikan dengan motif uang hingga paedofilia dan sodomi.

Tentu menakutkan ancaman itu bagi kita. Namun bukan hal mudah untuk waspada, terutama bagi anak-anak, apalagi mengenali pengidap psikopat. Bahkan orang dewasa pun banyak yang terkecoh. Lantaran, kata Nova, psikopat adalah penipu yang lihai. Ia mampu membentuk citra positif tentang dirinya, ramah, lemah lembut, baik hati dan sopan, penolong dan menyenangkan. Nah, siapa yang akan mengira danmenolak orang seperti itu?

Meski demikian, mengingat semakin banyaknya para psikopat berkeliaran bebas, apa salahnya menerapkan kehati-hatian. Waspadalah pada seseorang yang sulit mengendalikan dirinya, tidak peduli pada perbuatan yang dilakukan. Amarahnya amat mudah dipicu, mudah bereaksi terhadap kekecewaan, kritik, kegagalan dan mudah menyerang orang lain gara-gara hal kecil sekalipun.

Ciri lain yang menandakan seseorang psikopat adalah : sangat egosentris, menganggap dirinya hebat memang hebat terutama dalam hal memanipulasi dan curang menunjukkan emosi dramatis meski sebenarnya tidak sungguh-sungguh. Psikopat tidak memiliki respons fisiologis yang secara normal di asosiasikan dengan rasa takut seperti tangan berkeringat, jantung berdebar, mulut kering, tegang atau gemetar. Karenanya sering disebut isitlah “dingin”. Apalagi menurut Nova, pada umumnya seorang psikopat pandai merencanakan dan merahasiakan kejahatannya.

Yang paling sulit memang menerapkan kewaspadaan pada anak-anak tercinta. Maklum, karena kesibukan mungkin kita tak setiap waktu bisa mendampingi mereka, sementara, ancaman kejahatan mengintip yang paling mungkin di lakukan adalah mengingatkan terus menerus sikecil bagaimana menolak orang tak dikenal, serta tak mudah menerima ajakan orang yang dikenal sekalipun tanpa seizing langsung orang tuanya.

Selain itu dr. Nova mengatakan bahwa sudah saatnya masyarakat Indonesia menyadari pentingnya kesehatan jiwa. Bukan tak mungkin masih ada banyak Ryan yang lain dengan betuk psikopatologi yang berbeda, berkeliaran di sekitar kita. Atau mungkin anggota keluarga kita memiliki gejala gangguan jiwa. “pemberitaan yang baik akan membantu masyarakat untuk lebih memperhatikan anggota keluarganya, memperhatikan masyarakat lainnya dan menjadi lebih peka terhadap gejala-gejala perilaku yang muncul,”ungkapnya.

Yang lebih membahayakan adalah ada orang yang sehat jiwanya melakukan tindakan criminal sedemikian sadis lalu dinyatakan mengalami gangguan jiwa. Ini tentunya akan memmbuat dia terbebas dari hukuman ssesuai hukum yang berlaku. Ini yang harus diwaspadai,” tegasnya.

Dare to care

Pada era globalisasi seperti sekarang , ketika faktor lingkungan memegang peranan besar pada pembentukan pribadi seseorang, bukan mustahil salah satu anggota keluarga kita menderita gangguan kejiwaan. Tak bisa dihandari kita harus menerimanya dengan lapang dada, serta merawatnya sebaik-baiknya.

Namun kata dr. Nova, perlu diketahui tidak semua penyakit jiwa dapat disembuhkan. Derajat kesembuhan dan waktu yang dibutuhkan utnuk sembuh tergantung pada jenis gangguannya. Pada gangguan jiwa yang sifatnya kronis seperti multiple personalitity disorder, penderitanya tidak akan sembuh secara tuntas. Seringkali prognosis atau perkiraan sembuh tidak lengkap karena pasiennya sendiri tidak teratur memriksakan dirinya. Begitu juga pada penderita schizpphrenia. Kesembuhannya pun tidak hanya dilihat dari gejala yang berkurang atau hilang sama sekali, karena masih ada gejala lanjutan apakah hubungan social dan interpersonalnya sudah baik sehingga dia bisa bekerja ditengah-tengah masyarakat.

Jadi apa yang harus dilakukan? Jelas, mengonsultasikan tanda-tanda adanya penyimpangan perkembangan kejiwaan ini cukup penting. Pendekatan pengobatannya jelas Nova, tentu tergantung derajat kelainan kejiwaannya. Sebab, sembuh tidaknya juga bisa tergantung pada kondisis lingkungannya. KARTINI

KASUS-KASUS PSIKOPAT YANG MENGEGERKAN DUNIA

William Stanley Milligan

Lebih dikenal dengan naman Billy Milligan, penderita multiple personality disorder atau kepribadian ganda. Billy menjadi orang pertama dalam sejarah Amerika yang dianggap tidak bersalah atas berbagai kejahatan serius seperti perampokan bersenjata dan pemerkosaan di Ohio State University pada akhir tahun 1970 dengan alasan tidak waras. Psikiater menganalisa bahwa Billy memiliki 24 kepribadian. Dua dari ke-24 kepribadiannya melakukan kejahatan.

Aileen “Lee” Carol Wuornos

Lahir dengan nama Aileen Carol Pittman, telah mengalami berbagai tindakan kekerasan sejak kecil. Setelah ditinggal ibunya dia kerap dipukuli sang kakek, puncaknya dia diperkosa oleh sahabat karib ayahnya. Ia pun harus melakoni hidup sebagai pelacur jalanan. Ketika ingin kembali hidup normal ia malah dipaksa melayani seorang polisi. Kekecewaan hidup akhirnya mengubahnya menjadi perampok dan pembunuh. Pers Amerika menjulukinya sebagai “American first Female /serial Killer.” Lee dihukum mati dengan suntikan pada 9 Oktober 2002. Shelby, satu-satunya orang yang dia sayangi dan membuatnya ingin hidup normal, malah menjadi saksi yang memberatkannya. Kisah hidupnya difilmkan, berjudul Monster, dan membuahkan piala Oscar dan Golden Globe.

Albert Hamilton Fish (19 Mei 1870-16 Januari 1936)

Ia seorang Amerika yang memiliki kilainan orientasi seksual pedofilia –sadomasokis. Pembunuhan dengan penyiksaan. Lalu pembunuhan beradatai dan juga seorang kanibal. Kesadisannya membuatnya mendapat julukan : The Gray Man, The Waresolf of Wysteria, The Brooklyn Vampire, dan The Bogeyman. Albert Fish di masukkan ibunya ke panti asuhan. Disana sering di cambuk dan dipukuli, tetapi dia menikmati setiap cambukan dan pukulan yang ia terima. Bahkan ia merasa terpuaskan secara seksual melalui siksaan tersebut. Di mulai berhubungan dengan sesama jenis pada usia 12 tahun. Korban pertamanya adlaah Thomas Bedden (1910). Kemudian secfara spesifik dia mulai meyerang anak-anak dengan retardasi mental atau anak-anak keturunan Afrika-Amerika. Dia ditangkap pada tahun 1934 dan dieksekusi di kursi listrik pada 16 Januari 1936, usianya saat itu adalah 65 tahun. Albert Fish menjadi inspirasi trilogy The Silence of the Lambs dengan tokoh Hannibal Lecter.

Sumanto

Sumanto adalah seorang kanibal Indonesia asal Purbalingga, Jawa Tengah. Sejak kecil suka memakan binatang seperti jangkrik dan cicak. Setelah dikeroyok saat pacaran dengan gadis desanya, ia berpikir memiliki ilmu kebal. Pada awal tahun 2003, ia mencuri mayat seorang nenek yang baru saja dikubur lalu di makannya karena percaya akan memberinya kekuatan supranatural dan ilmu kebal yang diinginkannya. Para pakar berpendapat, Sumanto mengidap gangguan jiwa. Ia divonis hukuman penjara selama 5 tahun namun dibebaskan setelah beberapa kali mendapatkan remisi. Dikabarkan sekarang ia berdada di sebuah pesantren. Kisah hidupnya difilmkan dengan judul Kanibal-Sumanto.

Robot Gedek Siswanto

Ia terhukum karena perbuatan criminal berupa sodomi terhadap 12 anak. Pemulung ini ditangkap pada 27 Juni 1996. perbuatan yang dilakukan sekitar 1994-1996 membuatnya diganjar hukuman mati. Sebelum mendekam di LP Permisan Nusa Kambangan Robot Gedek dipenjara di LP Batu. Namun sebelum menjalani hukuman dia meninggal dunia karena serangan jantung. Meskipun terpidana mati, namun sampai meninggal kejaksaan belum mengagendakan eksekusinya.

Ryan, Si Jagal dari Jombang Jawa Timur

Ini adalah kisah psikopat Indonesia tahun 2008. setelah membunuh Heri Santoso dan memutilasi, Very Idham Henyasyah alias Ryan mengaku membunuh beberapa orang lain yang dikuburkan di pekarangan rumahnya. Tercatat 11 mayat ditemukan dikubur di dalam dan belakang rumahnya di Desa Wates, Tembelang, Jombang. Meski pendiam ia suka menyapa dansopan. Ia seorang gay, teman-tamannya adalah pria ganteng dan bermobil. Ternyata di balik pribadinya yang alim, ia psikopat yang membunuh untuk mengambil harta milik korbannya.



BERBAGI PENGALAMAN

Aku selalu memberi pengertian pada anak-anak agar jangan mmau jika diajak berbicara dengan orang asing. Sama tetangga bahkan saudara jauh juga masih saya awasi. Saya juga selalu mewanti-wanti supaya mereka menolah jika ada yang mengajak mereka jalan-jalan meskipun orang itu mereka kenal. Hanya boleh berjalan-jalan dengan orang tuanya. Itu perlu saya tekankan soalnya makin banyak orang jahat yang mengincar anak-anak. Mungkin juga mereka psikopat

Ratnasari (31)

Ibu 3 anak, Wiraswasta

Saya selalu mendampingi mereka. Misalnya ketika menonton televisi. Anak-anak ‘kan kritis selalu bertanya apa yang dilihatnya. Dan sedikit-sedikit saya memberi gambaran situasi lingkungan di sekitarnya, supaya anak tidak kaget. Juga saya ajarkan peka terhadap lingkungan, tidak mudah di ajak mengobrol oleh orang yang tidak dikenal. Anak kan lebih banyak menco9ntoh daripada mendengarkan, jadi saya lebih banyak memberi contoh melalui apa yang saya lakukan daripada menasehatinya dengan kata-kata.

Dr. Atika (31)

Ibu 2 anak, Dokter Anak

Sedini mungkin saya menanamkan agama kepada anak. Saya percaya pendidikan agama adalah pondasi awal bagi tingkah lakunya dalam bermasyarakat kelak. Dengan dasar itulan saya yakin anak saya akan menjadi manusia yang baik pula. Agar terhindar dari pengaruh lingkungan negative, saya selalu mendampingi dan mengawasinya. Saya tidak mempercayakannya kepadaorang lain, bahkan tetangga dekat sekalipun. Intinya anak saya lebih baik menghabiskan saktu sebanyak mungkin dengan keluarga.

Sri Sulastri (36)

Ibu 1 anak

Sebagai orang tua kita harus menjalankan prinsip sabar dan ikhlas dalam mendidik anak. Salah satu anak saya sifatnya temperamental sekali. Dia juga tertutup dan selalu menyendiri. Saat itu saya bersikap otoriter dalam mendidik anak. Kini saya menyadarinya dan berusaha lebih terbuka pada anak, lebih mendekati mereka. Saya berusaha menjadi ayah yang jadi penutan agar mereka tidak mencari figure ayah pada orang lain. Itu ‘kan yang menjadi masalah saat ini, bagaimana kalau ternyata figure baru itu psikopat? Bisa gawat kan?

Fitrio Muthiina (30)

Ayah 4 anak, Karyawan



0 comments:

Posting Komentar

Bunda Dan Ananda © 2008 Template by:
bunda dan ananda