Minggu, 03 Januari 2010

KARENA PENAMPILAN BISA MENIPU

Halal adalah status yang dicapai setelah kita menilai secara menyeluruh pelbagai bahan yang digunakan suatu prosuk (bahan baku, bahan penolong, bahan tambahan) serta proses produksinya (penyembelihan, pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, penyajian), maka disepanjang jalan sejak perolehan bahan dan proses produksi itulah titik rawan terentang.
Tapi apa mau dikata, kemajuan teknik pengolahan produk pangan, obat-obatan, dan kosmetik sekarang ini telah sedemikian pesat dan canggih sekaligus rawan sehingga tak boleh kita abaikan. Terutama segala produk yang berasal dari meteri biologis yang tak kasatmata dan hanya bisa ditelisik oleh lembaga yang punya alat dan kompetensi khusus.
Berikut kita sajikan beberapa contoh produk yang mungkin jadi favorit kita beserta titik rawannya:

Cokelat

Cokelat menggunakan lesitin (lechitin) sebagai pengemulsi (emulsifier), lesitin komersial biasanya berasal dari kedelai, biji bunga matahari, jagung dan masih banyak jenis tanaman lain. Pembuatan lesitin melibatkan proses ekstraksi untuk menghasilkan minyak kasar. Minyak kasar ini kemudian dimurnikan agar diperoleh lesitin kasar. Lesitin kasar akan diproses lagi menjadi lesitin standar. Lesitin standar inilah yang kemudian dimodifikasi, bisa dengan cara kimia, bisa juga secara enzimatis (menggunakan enzim).
Nah, salah satu enzim yang digunakan secara komersial dalam jumlah besar adalah enzim phospolipase A2. Anda tahu enzim ini diperoleh dari mana? Ya pancreas babi. Jadi pastikan saja kita memilih cokelat yang telah terjamin kehalalannya.

Tape

Menurut penelitian, setelah fermentasi selama dua hari saja, kadar alcohol dalam tape ketan sudah mencapai 2.7% dan setelah dua setengah hari (30 jam) kadarnya akan meningkat manjadi 3.3%.
Tape ketan, jika tidak direbus, akan terus mengalami fermentasi meski ia kita simpan di kulkas. Maka, untuk amannya, lebih baik kita hindari tape (termasuk tape singkong) yang sudah berair.

MSG

Monosodium glutamate yang biasa dikenal sebagai MSG, vetsin, ajinioto saja adalah penyedap rasa yang ditemukan dan dipatenkan oleh ajinomoto corporation di jepang pada tahun 1909.
Penyedap yang dulu kental diasosiasikan dengan masakan cina ini, kini justru lesih sering didapati di Amerika Serikat dalam produk sup kaleng, daging sapi, dan ayam, keripik kentang, pelbagai makanan kecil, makanan beku, dan makanan instant seperti mi. dan tentu saja ia juga beredar luas di Indonesia.
Titik rawan MSG ada pada bahan pengembang kultur bakterinya. Bahan yang diperoleh adalah polypeptone. Kasus yang paling menggemparkan tentu kasus ajinomoto pada januari 2001. Kala itu, sepanjang Juni 2000 hingga kasus itu terekspos, tanpa memberitahukan pada LPPON MUI, Ajinomoto mengganti polypeptone dengan bactosoytone yang mengandung porcine. Nah porcine adalah enzim yang berasal dari pancreas babi.
Akibatnya Ajinomoto harus menarik sejumlah besar produknya dan polisi bahkan sempat menutup pabriknya buat sementara.

Madu

Ternyata nenyunting madu juga harus hati-hati. Madu, jika dipanen bukan pada waktunya yang tepat, atu tidak mendapatkan perlakuan yang tepat, atau setelah diperas dari sarangnya tidak diperlakukan dengan baik dalam pengurangan kadar airnya, akan ditumbuhi kahamir atau ragi atau yeast.
Khamir akan mengubah gula menjadi alcohol, gas karbondioksida, dan senyawa lain. Maka, madu yang ditumbuhi khamir akan merebakkan bau alcohol dan mengeluarkan bunyi ‘blup’ saat tutup botolnya kita buka. Bunyi itu adalah pertanda adanya kandungan karbondioksida di dalamnya.
Jadi, hindari madu yang dipromosikan dengan memamerkan ‘blup’ itu. Sebab, itu justru menanandakan madu telah mengalami fermentasi yang menghasilkan alcohol.

Cuka (vinegar)

Rasulullah juga mengonsumsi cuka sebagai sambal buat roti. Pembuatan cuka pada zaman itu diperkirakan menggunakan proses fermentasi yang memanfaatkan organisme dilingkungan sekitar.
Saat ini, cuka bisa dibuat dari bahan yang kaya gula seperti buah anggur, apel, nira, kelapa, malt, dan tentu saja dari gula itu sendiri (sukrosa atau glukosa) yang pembuatannya melibatkan fermentasi alcohol dan fermentasi asetat.
Mula-mula gula diubah menjadi alcohol (etanol), kemudian alcohol ini diubah menjadi asetat. Itu berlangsung terus-menerus. Jika bahan yang digunakan hanya yang mengubah alcohol menjadi asam asetat. Hasilnya, cider vinegar dan wine vinegar, atau sherry vinegar. Tentu saja cuka halal hanyalah yang dibuat dari bahan halal seperti nira, kelapa, malt, dan gula.

Keju

Titik rawan keju, pertama pada proses penggumpalan susu untuk mendapatkan curd (padatan yang sebagian besar berisi protein), yang biasanya menggunakan enzim dan starter. Enzimnya bisa berasal dari hewan ( bagian perut babi, sapi, kambing), dari tumbuhan dan dari mkroorganisme. Keju yang halal biasanya yang dibuat dengan menggunakan wnzim dari mikroorganisme.
Titik rawan kedua dari keju ada pada starternya, yakni media apa yang dipakai untuk menumbuhkan starter. Starter biasanya berisi bakteri asam laktat. Sayangnya, ada beberapa jenis keju yang menggunakan mikroorganisme lain ( misalnya kapang) selain starter bakteri asam laktat. Nah, media yang dipakai untuk menumbuhkan kapang inilah yang masih mesti dipertanyakan.

Bir tanpa alcohol

Bir tanpa kandungan alcohol o% tetap saja punya celah haram. Ingat, halal-tidaknya suatu minuman itu tidak tergantung pada alcohol semata. Sebab, mungkin saja dia mengandung unsure lain yang haram pada flavor yang digunakan. Misalnya, lagi pula apa pun minuman yang beraroma dan berasa mirip bir, dengan nol alcohol sekalipun bukanlah hanya akan membiasakan (dan akhirnya membuat kita suka) dengan rasa dan aroma bir? Hindari sajalah. Fatwa MUI No 4 tahun 2003 : ‘Tidak boleh mengonsumsi dan menggunakan makanan/minuman lyang menimbulkan rasa/aroma (flavor) benda-benda atau binatang yang diharamkan.

Produk transgenic

Tomat hasil rekayasa genetika, yang awet dan tak mau kisut mulai dikonsumsi tahun 1994, dan segera diikuti dengan membludaknya tanaman hasil rekayasa genetika. Jadi tanpa kita sadari, selama ini kita telah mengonsumsi tempe, tahu, dan susu kedelai transgenic (karena sejak tahun 2000, tiap tahun Indonesia mengimpor lebih dari sejuta tin kedelai dan 700.000 ton jagung dari Negara maju penghasil kedelai dan jagung transgenic).
Teknologi rekayasa genetika membuat menusia leluasa memindahkan gen dan DNA (pembawa informasi genetic)dari satu makhluk hidup (bukan hanya tumbuhan tapi juga virus, bakteri, dan hewan) ke makhluk hidup lain sehingga menghasilkan organisme hasil modifikasi yang kita sebut organisme transgenic. Dengan kata lain, manusia bisa menentukan tampilnya sifat-sifat tertentu saja dari suatu organisme dan membuang sifat yang lain. Manusia bisa merekayasa atar suatu tanaman jadi tahan lama, tahan hama, bisa cepat dipanen dan sebagainya.
Cakupan produk trangenik amat luas. Hampir seluruh faktor produksi peternakan telah tersentuh rekayasa genetika. Produksi obat-obatan yang berasal dari hewan, tanaman, dan mikroorganisme kebanyakan dibuat melalui teknik ini. Vaksin rabies, vaksin herpes, baksin hepatitis B, vaksin kolera, vaksin lepra, dan vaksin malaria, didapat via rekayasa ini. Juga hormone insulin, hormone pertumbuhan. Dalam industri pangan, produk transgenic akan beredar menjadi enzim pembua keju, pewarna makanan dan pengawet makan.
Namun, disamping semua keunggulan tersebut masih perlu penelitian panjang dan perhatian serius pemerintah agar kita mendapatkan kepastian baik-buruknya produk transgenic ini buat kesehatan dan lingkungan kita. Juga bagaimana halal-haramnya.

Sumber: Ummi/maret 2007


0 comments:

Posting Komentar

Bunda Dan Ananda © 2008 Template by:
bunda dan ananda