Jumat, 25 Desember 2009

BILA PASANGAN MALAS

Malas, setiap orang tidak suka, tapi setiap orang pula, minimal, pernah melakukannya.

Penyakit satu ini memang tak hanya menyerang orang awam. Laki-laki atau perempuan yang notabene berpendidikan lumayan, rajin kajian, dan punya tingkat ilmu ‘tinggi’, terjangkit juga. Bahkan dari tukang becak, sopir taksi, ibu direktur, sampai mas insinyur, tak ketinggalan.


Kecewa dengan pasangan seperti itu? Tentu. Tapi manusia khan biasa bila kadang future (lemah)?” iya, tapi kalau future tersebut tak kunjung selesai, bahkan kian tak karuan, jelas tak normal lagi, dan berbahaya bagi kelangsungan keluarga. Perlu dicari segera pemecahannya.

Banyak sebab

Bila bicara sebab, sebab malas banyak sekali, seperti beban pekerjaan yang berlebih, karena sifat pembawaan, sampai background masa lalu. Sifat dasar orang yang sebelum menikah dimanja orang tuanya, atau memang pemalas karena fator genetic, akan cenderung terbawa sampai menikah. Disinilah, seorang istri atau suami dituntut memahami betul pasangannya, agar mampu mengarahkan dengan baik.

Suami dan istri

Dalam kenyataan, memang ada istri yang suka molor. Biar rumah berantakan pelataran kotor, atau baju menumpuk tak diambipusing. Bahkan mencuci, menyapu, memasak, kadang mandi pun begitu. Yang demikian, bukan Cuma satu dua, tapi banyak, khususnya istri orang-orang kaya atau konglomerat di perkotaan.

Namun, banyak pula dari kalangan laki-laki dan perempuan, ibu guru, atau yang lainnya yang nota bene orang biasa, pemalas juga. Umumnya, ini terjadi karena dulu sebelum menikah terbiasa indekost, sehingga tak terbiasa melakukan aktifitas rumah tangga. Jadilah ketika menikah kebiasaan tersebut tak juga berubah. Suaminya yang kemudian harus melakukan segala aktifitas istrinya. Sementata sang istri, seperti bos di dalam rumahnya, tinggal meminta dan memerintah.

Sebaliknya ada pula suami yang tukang malas. Tidak mau bekerja, dan tugasnya tidur melulu. Selain itu, juga hanya makan dan dolan, judi dan mabuk-mabukan. Sangat menyebalkan. Biasanya, suami jenis begini adalah mereka yang kurang paham agama, atau paham tapi lupa dengan agamanya.

Lapang dada

Menghadapi pasangan malas, pertama, perlu kelapangan dada. Lapangan dada akan mengurangi perasaan tertekan, kecewa atau jengkel kepadanya. Pemahaman seperti ini juga sangat baik untuk memberikan pelajaran kepadanya, bahwa dirinya dipahami oleh pasangannya. Secara tidak langsung ini akan mengajarinya untuk juga memeahami orang yang telah rela’berkorban’ bagi dirinya tersebut, sehingga tak layak bila ia terus-menerus malas, atau tak segera membantu pasangannya dalam melakukan aktifitas.

Kiat menghadapinya

Perlu kita khusus untuk menghadapi pasangan yang malas. Khusus bagi anda para istri, hindari emosi atau uring-uringan dulu, karena itu tidak akan menyelesaikan masalah. Kalaupun berubah mungkin hanya sementara.
Juga, perlu langkah konkrit, bertahap, dan bukan instant untuk membuat pasangan bisa berubah dari pemalas menjadi seorang yang rajin. Berikut kiat-kiat yang bisa dilakukan :

  1. Bila mendapati pasangan sedang malas, dekati, dan Tanya tentang keadaannya, ada apa dan kenapa? Apakah ia sakit, atau ada beban pikiran yang berat? Buat ia bercerita tentang masalahnya, kemudian coba cari solusinya bersama-sama.
  2. Lakukan pelayanan maksimal walaupun ia tampak malas-malasan. Sunguhkan apa yang disukainya, kalau perlu dipijati sambil diajak bercanda. Secara pelan masuki disela-sela canda tersebut pentingnya melakukan kewajiban dengan baik. Beri contoh hal-hal yang perlu diperbaiki bersama-sama berumah tangga.
  3. Jangan vonis dia ketika menyinggung kemalasannya. Tapi ajak bersama untuk mengerjakan tugas-tugas dalam rumah tangga. Katakana padanya bahwa anda akan tambah saying kalau kerja ditemani, lebih saying
  4. Bila anda hendak melakukan aktifitas, cium atau belay dirinya. Kemudian ajaklah bangun bersama-sama untuk melakukan aktifitas. Hindari menyuruhnya, biasakan meminta tolong padanya dengan bahasa yang halus dan sopan, seperti, ‘sayang ambilkan pisau, dong, mama mau mgniris bawang, nih!’ hindari perintah yang demikian, ‘Pa, ambilkan pisau di rak dapur!’ beda dalam intonasi dan pilihan kata makna akan sangat berbeda dalam rasa. Oleh karenanya, perlu kepandaian memilih kata dalam berbicara pada pasangan aplagi bila ia termasuk tipe orang mudah tersinggung.
  5. Ajari dalam melakukan sesuatu, umpamanya menyapu, itu demikian, mulai dari sini dan seterusnya. Atau mencuci itu begini, dan lain sebagainya. Hindari mencela hasil kerjanya bila ia mulai mau bekerja, karena bisa berakibat kecewa dan mogok bekerja. Sebaliknya perbanyak memujinya walaupun hasilnya belum memuaskan.
  6. Bila berkaitan dengan malas beribadah, berilah pengertian dengan pelan-pelan akan arti pentingnya ibadah kepada Allah swt, juga kemulaiaan istiqomah, dengan catatan tidak banyak diberi dalil kepadanya karena bisa berakibat ia merasa direndahkan. Bicaralah dengan logika dan pemahaman tanpa bermaksud menggurui. Namun, ini kembali ke sifat dasar pasangan kita apakah termasuk tipe mudah tersinggung atau tidak. Kalau tidak, maka bisa lebih leluasa bicara kepadanya.
  7. Nasehati dia di waktu dan suasana santai, seperti saat di pembaringan, saat bercanda, atau di dalam perjalanan berdua. Ingat, waktu dan suasana sangat berpengaruh dalam penangkapan maksud dan pengertian yang kita berikan. Oleh karena itu, pandai-pandailah memilih sikon yang tepat.
  8. Dorong terus untuk belajar bersama-sama, kalau perlu sering-seringlah diajak silaturahmi ke keluarga-keluarga lainnya, yang lebih giat bekerja, lebih semangat dalam beraktifitas, dan lebih bergairah dalam menimba ilmu, agar ia bisa belajar menjadi pasangan yang terbaik.
  9. Bersabarlah menghadapi reaksinya ketika ia mengingatkannya untuk tidak malas. Ini penting untuk mengurangi atau mencegah keributan.
  10. Berilah sekali-kali penringatan keras, seperti dengan marah, bahwa kita tidak suka dengan kemalasannya, dan sangat benci dengan sikap jeleknya tersebut. Karena, terkadang bagi orang-orang tertentu, marahnya pasangan menjadi beban pikiran tersendiri. Ketika dipikirkan dengan betul, ia akan sedikit demi sedikit mengubah dirinya, karena ia tak ingin pasangannya terus kecewa dengan dirinya apalagi sampai meninggalkannya.


Selalu berdo’a

Kemudian, tidak lupa teruslah berdo’a, agar Allah swt membuka pintu hati suami atau istri kita yang pemalas. Karena Dia-lah yang mampu membolak-balikkan hati manusia. Bila Allah berkehendak, dalam sekejap orang akan besa berubah. Selanjutnya, tawakkal kepada Allah dan terus bersabar. Mungkin tak cukup setahun, tapi perlu sepuluh tahun untuk bisa mengubahnya.

Sumber : Nabila Edisi 2/juni 2004



0 comments:

Posting Komentar

Bunda Dan Ananda © 2008 Template by:
bunda dan ananda