Ingin curhat masalah psikologi? Datanglah ke psikolog yang tepat.
Seorang ibu tengah gundah. Sudah beberapa hari ini ia merasakan adanya perubahan pada sifat dan perilaku anaknya, Dewi 4 tahun. Jika ada yang tidak sreg di hatinya, Dewi memang selalu emosional. Kadang ia berteriak marah, cemberut, bahkan membanting benda yang sedang dipegangnya. Sang ibu ingin membawanya ke seorang psikolog, tapi psikolog mana yang bisa menangani masalah anaknya. Sebab yang ia tahu, tidak semua psikolog sama, masing-masing punya spesialisasi sendiri.
KEAHLIAN BERBEDA
Betul. Seperti halnya dokter, psikolog juga memiliki spesialisasi masing-masing. Jika di kedokteran ada dokter anak, dokter penyakit dalam, dokter gigi, dokter kejiwaan, demikian pula dalam dunia psikologi. "Untuk pendidikan di tingkat magister, baik sains maupun profesi, ada kekhususan atau yang dikatakan ’spesialisasi’," ungkap Prof. Hera L. Mikarsa, PhD., dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Jakarta.
Untuk mendapatkan spesialisasi, seorang psikolog harus menempuh pendidikan lanjutan (Strata 2 atau spesialisasi) setelah ia lulus dari program strata 1 (S1). Jika ingin lebih mendedikasikan ke bidang akademik, maka sebaiknya si calon psikolog menempuh pendidikan Magister Sains. "Sedangkan untuk yang lebih ke arah praktik, sebaiknya mengambil magister profesi psikologi," kata Hera.
Seseorang yang hanya berhenti sampai di program S1, belum bisa dinyatakan sebagai psikolog. Ia pun belum boleh berpraktik. Kelulusannya pun masih bersifat umum. Hal ini mirip dengan mahasiswa kedokteran. Jika hanya lulus program S1 namun belum mengikuti pendidikan lanjutan, ia hanya berhak menyandang gelar sarjana kedokteran dan belum bisa dikatakan sebagai dokter.
Berikut beberapa bidang spesialisasi atau kekhususan dalam dunia psikologi:
1. Magister Sains
Magister Sains adalah jenjang pendidikan S2. Jenjang ini akan mempelajari teori-teori dari psikologi manusia. Mahasiswa jurusan apa pun, sastra, sosial politik, matematika, kedokteran, boleh masuk ke Magister Sains. Hanya saja para lulusan dari sini tidak mendapat lisensi untuk membuka praktik psikologi. Mereka mendalami teori dan bukan praktik. Gelar yang biasanya ada dibelakang nama adalah M.Si.
Spesialisasi dalam Magister Sains dibedakan menjadi:
2. Magister Profesi
Magister profesi adalah jenjang pendidikan S2. Selain mempelajari teori-teori psikologi manusia, di jenjang ini akan dipelajari pula bagaimana caranya memberikan stimulasi atau menerapkan terapi terhadap pasien. Bedanya, di jurusan ini hanya mereka yang lulus dari fakultas psikologi saja yang boleh masuk. Lulusannya pun berhak mendapat lisensi untuk membuka praktik psikologi. Gelar yang biasanya ada di belakang nama adalah M. Psi.
Berikut beberapa spesialisasi di magister profesi:
PILIH AHLINYA
Ketika mengalami persoalan dan butuh pertolongan seorang psikolog, sebaiknya datanglah ke spesialis yang tepat. Misalnya, menghadapi anak yang bermasalah dengan perilakunya dan kita ingin anak mendapat terapi, pilihannya datanglah ke seorang psikolog lulusan Magister Profesi spesialisasi Klinis. Dia adalah seorang psikolog yang sudah mengkhususkan penanganan kasusnya pada bidang anak dan remaja, serta dewasa.
Menurut Hera, untuk mencari tahu spesialisasi apa yang dimiliki, bisa dengan melihat gelar. Namun untuk lebih detail tanyakan langsung kepada sang psikolog sebelum menggunakan layanannya. Jika Anda datang ke klinik psikologi, hal ini tentu dapat ditanyakan kepada petugas yang berwenang di sana. Bahkan, masyarakat dapat mencari informasi spesialisasi ini pada organisasi Himpunan Psikolog Indonesia atau HIMPSI.
Kesesuaian antara masalah yang sedang kita hadapi dengan ahli yang kita datangi tentu sangatlah penting. Pasalnya, "Kalau psikolog tersebut tidak memiliki kompetensi yang sesuai dengan masalah, mungkin akan terjadi kesalahan dalam pemberian nasihat, bimbingan, hasil tes, dan sebagainya," kata Hera. Nah, agar masalah kita bisa tertangani dengan baik, sangat dianjurkan untuk datang ke ahli yang tepat.
Irfan Hasuki. Ilustrasi Pugoeh & NAKITA
Entri Populer
-
Tanya: Anak pertama saya perempuan dengan BB 2,7 kg dan PB 47 cm. Sekarang usianya 5 bulan dengan BB 5,3 kg dan PB 66 cm. Apakah normal? Sej...
-
Ketika menderita flu, kadang-kadang ibu bingung haruskah berhenti menyusui agar bayi tak tertular? F lu maupun selesma memang tidak harus m...
-
Persediaan alat dan obat P3K Setiap orangtua tentu akan sedih melihat anak kesayangannya mengalami kecelakaan, misalnya terbentu sesuatu, te...
-
Diare atau ‘Mencret’ pada anak M aya, anak perempuan usia 2 tahun sampai siang itu sudah mencret-mencret 5 kali. Kendati begitu anak tersebu...
-
Apa itu kecerdasan ganda? Sebenrnya kecerdasan seseorang tidak cukup diukur dari kemampuan intelegensi saja. Bakat dan ...
KONSULTASI DOKTER ANAK
- dr. Hermansyah Irwan, SpA
- dr. Rusmala Deviani SpA
- dr. Fransiska S. Susanti, SpA
- dr. Maria Widhiastuti, SpB
- dr. M. Muchlis, SpA
- dr. Srimpi SpKJ
- dr. Rastra Rantos, Spa
- dr. Bobby Setiadi D, SpA
- dr. Jaya Ariheryanto,SpA
- dr. Rini Purwanti
- dr. Rouli Nababan SpA
Visitors
Jumat, 30 April 2010
PSIKOLOG JUGA PUNYA SPESIALISASI
Labels:
Psikologi Anak
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Category
- Artikel (186)
- Tips Bunda (166)
- Artikel Keluarga (142)
- Psikologi Anak (79)
- Problematika keluarga (71)
- Artikel Kehamilan (66)
- Penyakit Anak (63)
- Tips Kecantikan (47)
- Seksologi (33)
- Makanan Bayi dan Balita (31)
- Obat Alternatif (22)
- Permainan Anak Balita (20)
- P3K Keluarga (18)
- Karier (11)
- Religi (9)
- Teknologi (6)
- Keuangan Keluarga (5)
- Hypnoparenting (2)
- Hypno-birthing (1)
About Me
- BUNDA DAN ANANDA
- Batam, Kepulauan Riau, Indonesia
- ZUDHA SULFIYANA seorang ibu dengan satu orang putra yang mulai beranjak remaja. yang ingin berbagi ilmu dengan para pembaca. semoga berguna untuk semua. Amin
0 comments:
Posting Komentar