Uang dan Harta
H ampir segala hal memerlukan uang. Membeli kebutuhan pokok, kebutuhan sekunder, sampai kebutuhan yang luks- semuanya memerlukan uang. Dengan uang Anda membeli beras, daging, ikan, susu, pakaian; dengan uang Anda bisa membiayai pendidikan anak, membayar biaya pengobatan, membayar tagihan listrik, telepon, air, membayar cicilan rumah, cicilan mobil, membeli sofa, tempat tidur, lemari, meja, kursi; dengan uang, Anda bisa menonton film, makan di restoran, menonton pagelaran musik klasik dan liburan ke luar negeri.
Dengan uang juga, Anda mengumpulkan harta: membeli mas, membeli tanah, membeli properti dan berinvestasi; dengan uang, Anda memulai bisnis baru, membantu yatim piatu, orang sakit, dan orang susah. Bahkan untuk menyeimbangkan hidup jasmani dengan hidup rohani, Anda memerlukan uang. Dengan uang, Anda bisa membeli Kitab Suci, membeli buku-buku rohani, memberikan perpuluhan, kolekte, zakat, atau donasi kepada institusi agama.
Dengan uang dan harta, Anda mungkin mengumpulkan harta di surga. Uang bukan hanya memenuhi kebutuhan primer, sekunder, tertier, sosial dan rohani, tetapi usang bisa juga mengangkat ego. Dengan memiliki uang, harga diri bisa terangkat, rasa percaya diri bisa muncul, berani mengeluarkan pendapat, berbicara di muka umum, dan berani mengambil tugas-tugas sosial. Sebaliknya, bila tak punya uang orang bisa minder, rasa percaya diri bisa hilang, bisa diam seribu bahasa dalam pertemuan dan tidak berani bicara; muncul rasa takut untuk terlibat pada aktifitas-aktifitas sosial. Begitu jauhnya peran uang, suami dan isteri bisa bercerai bahkan ada yang meninggalkan Tuhan yang Maha Esa. Ironisnya, karena uang juga orang berperilaku 'aneh'; etika-etika yang baik ditinggalkan. Ada yang mau disuruh melakukan apa saja- tidak perduli apakah itu benar atau salah. Karena uang ada yang mau menjadi penjilat, pura-pura bersikap sopan, tidak berani mengemukakan kritik, 'menjual diri', melakukan hubungan seks dengan siapa saja, melakukan kejahatan bahkan sampai membunuh orang lain. Oleh karena uang berperan penting dalam kehidupan, kami menyajikan berbagai artikel seputar uang dan harta di halaman ini sebagai bekal bagi putra-putri Indonesia untuk memahami sumber uang, harta, dan kekayaan, bagaimana mengelola uang, mengumpulkan harta, menyimpan harta di surga, dan memahami akhir dari pencarian dan penumpukan harta.
ETIKA PANCASILA UNTUK PUTRA-PUTRI INDONESIA
Berbagai variasi istilah disodorkan untuk etika (aturan main). Ada aturan main untuk keluarga, bisnis, politik, komunikasi, bergaul, makan, dan aturan main lainnya. Di keluarga, suami mengasihi isteri dan memelihara keluarga, isteri menghormati suami, dan anak menghormati orang tua. Di kantor, bawahan menghormati atasan dan atasan mengayomi bawahan. Namun demikian, aturan main sering direduksi dan dipersempit. Aturan main untuk keluarga hanya dibuat berlaku di lingkungan keluarga saja; aturan main untuk bisnis hanya di lingkaran bisnis. Seolah-olah ada segmentasi untuk aturan main ini. Prinsip-prinsip universal berlaku untuk semua tempat dan waktu. Apakah itu di rumah dan di kantor, prinsip-prinsip yang sama tetap berlaku. Oleh sebab itu, tidak tepat memberlakukan prinsip-prinsip tertentu hanya pada lingkungan tertentu. Aturan main ini merupakan satu kesatuan atau sistem. Bila satu prinsip tidak dilakukan dan prinsip lain diabaikan- itu berarti mengabaikan keseluruhan. Apakah aturan main untuk putra-putri Indonesia? Aturan main yang paling mendasar telah dipaparkan pada Pembukaan UUD 1945, khususnya secara eksplisit tertera pada sila pertama, ke-dua dan ke-lima. Di situs ini, aturan main (prinsip-prinsip) yang sangat mendasar ini dikembangkan dalam bentuk sepuluh prinsip utama. Kami menamakan aturan main ini sebagai Etika Pancasila, yaitu:
- Tidak percaya kepada dukun, 'orang pintar' atau siapa saja selain Tuhan Yang Maha Esa
- Tidak menyembah apapun sebagai pengganti Tuhan Yang Maha Esa
- Tidak menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa dengan sembarangan
- Menghormati waktu ibadah dan hari-hari raya besar dan melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya
- Menghormati orang tua
- Tidak membunuh saudara setanah air
- Tidak melakukan hubungan seks di luar pernikahan
- Tidak mengambil milik orang lain
- Tidak mengatakan yang salah kepada siapapun
- Tidak menginginkan milik orang lain: rumahnya, isterinya, suaminya, pembantunya, atau apapun yang dimiliki orang lain
Renungan:
Ambillah langkah-langkah untuk mewujudkan etika yang belum terlatih dalam hidup Anda. Ini tidak akan terjadi dalam sekejap dan kemungkinan Anda akan jatuh bangun. Oleh sebab itu, Anda perlu bersabar.
MENGELOLA UANG DENGAN BIJAK : NASIHAT BUAT PEMULA
Pentingnya Mengelola Uang Sejak Dini
Pada periode awal masa kerja, saya tidak cepat-cepat menangkap nasihat orang yang lebih dewasa tentang uang. Nasihat orang tua tentang pentingnya menabung dan berinvestasi juga kurang saya perhatikan. Saya membelanjakan uang terutama membeli buku, memberi sumbangan ke acara-acara pemuda di gereja, dan mentraktir orang lain tanpa berpikir panjang. Ada ketidakseimbangan dalam hal mengelola uang. Selain itu, saya tidak memberikan sejumlah uang secara rutin kepada orang tua. Ini tidak pernah terlintas dalam pikiran saya sampai mendengar nasihat ini beberapa tahun lalu. Belajar dari kesalahan-kesalahan di masa lalu dalam hal mengelola uang, saya menyodorkan nasihat dan saran buat karyawan pemula. Saran ini juga relevan buat Anda yang sudah bekerja beberapa tahun bahkan belasan tahun. Berikut adalah pelajaran-pelajaran yang bisa Anda petik: Pertama, setiap bulan sisihkanlah sekian persen sesuai dengan keyakinan dan kerelaan Anda untuk Anda berikan kepada institusi agama. Bila Anda beragama Kristen, sisihkanlah 10% dari penghasilan Anda untuk Anda berikan ke gereja. Bila Anda beragama Islam, sisihkan zakat Anda dan serahkanlah itu kepada badan-badan yang dapat membagikannya dengan bijak kepada yang membutuhkan. Bila Anda melakukan hal ini dan Anda hati-hati berinvestasi dan membelanjakan uang, keuangan Anda akan sehat. Tuhan Yang Maha Esa sangat menghormati sosok-sosok demikian apalagi bila ini Anda lakukan dari cinta kasih yang tulus. Kedua, sisihkanlah sekian persen dari penghasilan Anda untuk investasi. Ini bisa And lakukan dalam bentuk tabungan, deposito, emas, saham-saham yang sehat atau dalam bentuk investasi lain. Meminjam nasihat orang lain tentang mengelola uang, sisihkan dulu investasi Anda sebelum membelanjakan uang untuk keperluan sehari-hari. Ketiga, sisihkanlah dana cadangan untuk hal-hal mendadak. Barangkali Anda perlu membuat rekening sendiri untuk hal ini. Uang ini Anda perlukan ketika ada hal-hal mendadak yang tidak ada dalam anggaran Anda. Anda tidak tahu apa yang akan terjadi dalam hidup Anda. Anda, orang tua atau teman Anda bisa sakit tiba-tiba dan mereka butuh uang. Orang lain tidak selalu bisa membantu Anda dalam kondisi begini kecuali Anda punya dana cadangan. Keempat, setelah Anda menyisihkan sejumlah uang untuk institusi agama, investasi dan dana cadangan, buatlah rincian pengeluaran Anda per bulan atau per tahun. Buatlah daftar pengeluaran Anda secara rinci dalam buku pengeluaran Anda- biaya makan, tranportasi, pakaian, sewa kamar, koran, buku, dan keperluan lainnya. Dari rincian itu, Anda bisa mendapat gambaran pengeluaran Anda dan bisa melakukan penghematan pada pos-pos yang tidak begitu penting. Kelima, berilah secara rutin sejumlah uang kepada orang tua Anda. Sekalipun kondisi keuangan orang tua Anda mencukupi, lakukanlah hal ini sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada orang tua Anda dan bentuk penghargaan atas apa yang telah mereka lakukan kepada Anda. Orang tua Anda akan senang melihat sikap Anda yang tahu berterima kasih kepada orang tua dan bijak mengelola uang. Keenam, hati-hatilah membelanjakan uang sekalipun telah Anda anggarkan. Usahakanlah hidup hemat. Anda bisa tergoda untuk mencicipi makanan atau minuman tertentu pada hal Anda tidak memerlukannya pada saat itu. Bisa juga Anda tergoda untuk menjaga gaya hidup yang membuat pengeluaran Anda membengkak. Berhati-hatilah akan godaan-godaan ini. Bila Anda berbelanja, catatlah pengeluaran Anda. Kumpulkan kwintasi pengeluaran untuk menjadi bahan evaluasi di akhir bulan atau akhir tahun. Selain itu, hati-hati dengan teman-teman Anda yang belum bekerja; mereka bisa menggoda bahkan memuji Anda agar Anda memboroskan uang Anda. Ini bisa jadi celah untuk pengeluaran yang lebih besar. Ketujuh, lakukan evaluasi terhadap keuangan Anda. Tinjaulah secara berkala kondisi keuangan Anda; berapa Anda investasikan, berapa Anda belanjakan, dan berapa pengeluaran tak terduga. Bila ada perubahan dari anggaran yang telah Anda lakukan, telitilah penyebab penyimpangan tersebut. Ambillah langkah-langkah perbaikan di bulan-bulan berikutnya. Bila Anda setia mengelola uang, ini bisa menjadi bekal bagi Anda untuk mengelola uang yang lebih besar. Anda tidak tahu kapan kesempatan itu datang dan bila itu tiba, Anda sudah siap. Semoga pelajaran-pelajaran ini berguna buat Anda. Renungan:
- Bagaimana Anda mengelola uang Anda selama ini?
- Bacalah sekali lagi nasihat-nasihat di atas dan coba lakukan nasihat di atas.
MENGUMPULKAN HARTA DENGAN BENAR
Mengumpulkan harta 'banyak' sering mengundang pertanyaan. Di lingkaran masyarakat beragama, ada yang menganggapnya duniawi. Kekayaan menjadi bahan celaan; orang kaya sering mendapat kritik dari para pemimpin agama dan jemaat. Menumpuk harta yang banyak seolah-olah tidak dibenarkan. Di kitab-kitab kuno mengumpulkan kekayaan diperintahkan. Ada nasihat bijak, "Orang yang mengumpulkan sedikit demi sedikit akan kaya."bahkan menumpuk harta bukanlah tindakan yang salah. Apakah itu diperoleh dengan bekerja, menabung, berinvestasi, membeli saham dengan etika yang benar- mengumpulkannya sangatlah dianjurkan bahkan diperintahkan kepada manusia. Untuk menjaga kesimbangan, menghindari pemahaman yang keliru parasaan bersalah tentang uang dan harta, tips berikut dapat Anda terapkan dalam kehidupan Anda. Pertama, kumpulkanlah harta sebanyak mungkin sekalipun hidup Anda tidak bergantung padanya. Silahkan mengumpulkan harta sebanyak mungkin dengan mengelola uang Anda dengan bijak. Anda dapat menyisihkan sebagian dari penghasilan, menabung, atau berinvestasi atau cara apa saja selama itu benar. Namun, perlu dibuat catatan; mempunyai banyak harta tidak menjamin jiwa Anda tenang. Tidak ada garansi proteksi terhadap jiwa sekalipun Anda mempunyai harta banyak. Bisa saja Anda membeli asuransi misalnya untuk melindungi Anda. Namun, itu tidak menjamin Anda bisa hidup. Nyawa Anda bisa diambil oleh Tuhan yang Maha Kuasa setiap saat. Kedua, kumpulkan harta sebanyak mungkin karena harta tidak dibawa mati. Pada saat Anda mati, Anda akan meninggalkan harta yang Anda kumpulkan kepada orang lain. Siapa lagi kalau bukan istri, anak atau saudara-saudari kandung Anda. Anda hanya memerlukan sebidang tanah berukuran 2 m x 1 meter dan beberapa lembar papan atau kain kafan. Harta Anda akan Anda tinggalkan pada orang lain. Ketiga, kumpulkan harta sebanyak mungkin selama Anda tidak serakah. Mengumpulkan harta sedikit demi sedikit, berinvestasi, memulai dan mengembangkan bisnis- ini semua adalah pilihan-pilihan yang baik. Dengan mengumpulkan sedikit demi sedikit, Anda akan menjadi kaya. Dengan mengembangkan bisnis, Anda menciptakan lapangan kerja dan dapat memberikan pekerjaan kepada banyak orang; dari bisnis yang dikelola dengan baik dan benar, Anda bisa mendapatkan keuntungan. Jadi, tidak salah mengumpulkan harta selama Anda tidak serakah. Tidak salah menumpuk harta selama Anda tidak mencuri, merampas, dan merampok milik orang lain.
LANGKAH-LANGKAH MENYIMPAN HARTA DI SURGA
Dibandingkan dengan menyimpan harta di bumi, menyimpan harta di surga jauh lebih sulit bahkan amat sulit dilakukan. Namun demikian, opsi ini adalah cara terbaik untuk menjadi orang kaya sungguhan. Inilah satu-satunya opsi yang memberikan kepastian akan makna memiliki harta. Selain itu, menyimpan harta di surga memberikan kebahagiaan kepada siapapun yang melakukannya. Sayang, opsi ini tidak begitu menarik bagi mayoritas orang. Bahkan orang-orang yang percaya sungguh-sungguh kepada Tuhan yang Maha Esa sekalipun masih banyak yang ragu menyimpan hartanya di surga. Bila mau menyimpan harta di surga, Anda akan melakukan hal-hal yang sama seperti orang yang menyimpan harta di bumi. Anda tetap menyimpan uang di bank dalam bentuk tabungan, deposito, atau surat berharga; Anda membeli emas dan harta yang tidak bergerak seperti tanah atau properti, atau menyimpannya dalam bentuk investasi. Perbedaan antara menyimpan harta di surga dan di bumi adalah dalam hal keyakinan. Selain akal sehat, menyimpan harta di surga memerlukan keyakinan kepada Tuhan yang Maha Esa; sedangkan untuk menyimpan harta di bumi, Anda hanya memerlukan akal sehat dan naluri Anda; keyakinan kepada Tuhan tidak mutlak diperlukan. Bila Anda mau menyimpan harta di surga, langkah-langkah berikut bisa Anda lakukan. Pertama, pahamilah bahwa uang dan harta yang Anda peroleh adalah milik Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan bisa memberi uang dan harta dan mengambilnya dari Anda sesuai dengan kehendak-Nya. Anda hanya diberi kesempatan untuk menggunakan, mengelola, dan mengembangkannya. Selain itu, Tuhan akan meminta pertanggung-jawaban dari Anda atas uang dan harta yang dititipkan kepada Anda. Kedua, simpanlah uang Anda di tempat penyimpanan yang relatif aman. Bila Anda menyimpan di bank dalam bentuk tabungan, pilihlah bank yang menghargai 'good corporate governance.' Dengan menyimpan di bank yang demikian, uang Anda kemungkinan besar akan dikelola dengan baik dengan hasil yang relatif besar sekalipun Anda hanya mendapat hasil yang kecil. Anda bisa juga menyimpan uang Anda dalam bentuk deposito, yang hasilnya lebih tinggi dari pada menyimpannya dalam bentuk tabungan. Ketiga, simpanlah uang Anda dalam bentuk barang-barang berharga seperti emas. Seperti Anda ketahui, nilai mas tidak surut. Nilainya stabil bahkan harganya bisa semakin mahal dengan berjalannya waktu. Selain itu, Anda bisa menjualnya dengan mudah dan cepat bila Anda membutuhkan dana segar. Ke-empat, investasikanlah uang Anda dalam bentuk harta tidak bergerak. Anda bisa menyimpan uang Anda dalam bentuk tanah atau properti. Belilah tanah atau properti, yang bila dijual kelak bisa menghasilkan untung. Usahakanlah memilih lokasi-lokasi tanah atau properti yang strategis sehingga Anda bisa menjualnya dengan cepat dengan keuntungan yang masuk akal. Agar lebih mudah menjualnya di masa mendatang, Anda bisa membeli tanah atau properti dengan harga yang bisa dijangkau oleh banyak orang. Ke-lima, investasikanlah uang Anda dengan cara membeli saham atau surat-surat berharga. Belilah saham-saham yang masuk kategori "blue chip". Bisa juga Anda memilih saham-saham yang masuk "Kompas 100" atau yang direferensikan oleh majalah-majalah yang terpecaya. Bila Anda membeli saham, biarkanlah saham-saham itu berkembang selama dua atau tiga tahun. Setelah itu, tinjaulah saham-saham yang Anda beli dan buat keputusan-keputusan investasi sesuai dengan naluri bisnis Anda. Ke-enam, berikanlah 10% dari seluruh penghasilan Anda kepada institusi yang berhak mendapatkannya. Ada nasihat dari kitab kuno bahwa 10% dari penghasilan bersih Anda adalah milik Tuhan yang Maha Esa. Jadi, berikanlah 10% dari penghasilan bersih Anda kepada institusi yang berhak menerimanya dan usahakanlah untuk tidak menundanya. Dengan melakukan demikian, Anda jujur kepada Tuhan yang Maha Esa. Ke-tujuh, di luar dari yang 10% yang telah disebutkan pada langkah ke-enam, berikanlah sebagian dari uang, harta atau hasil investasi Anda kepada orang yang membutuhkan. Anda bisa melakukan hal ini dengan memberikan sebagian uang dan harta Anda kepada orang miskin, orang susah, orang sakit, atau orang-orang yang membutuhkan uang demi tercapainya kebaikan bagi masyarakat. Anda bisa juga memberikan donasi kepada institusi pendidikan seperti sekolah atau kampus yang sungguh-sungguh membangun sumber daya manusia, institusi yang berusaha mendidik masyarakat, institusi kesehatan yang mencari solusi untuk penyakit-penyakit yang obatnya belum ditemukan. Bisa juga Anda memberi sumbangan ke partai-partai politik yang sungguh-sungguh berjuang untuk rakyat banyak. Ke-delapan, sebelum Anda meninggalkan dunia ini, pikirkanlah siapa yang akan mewarisi uang dan harta Anda. Bila Anda mempunyai putra- putri yang bijak, dan Anda yakin bahwa mereka bisa mengelola dan mengembangkan harta Anda seperti Anda mengelola dan mengembangkannya, wariskanlah uang dan harta Anda kepada mereka. Bila putra-putri Anda tidak mempunyai kecerdasan atau bijaksana untuk mengelolanya, jauh lebih baik bila Anda mewariskan harta Anda kepada badan-badan atau institusi yang berjuang untuk orang lain atau masyarakat banyak. Putra-putri Anda cukup mendapatkan seperlunya. Dengan melakukan kedelapan hal di atas, Anda menyimpan harta di surga; sebuah pilihan yang sulit. Namun, hanya opsi ini yang paling membahagiakan Anda baik sekarang maupun di akhirat.
Sumber : http://www.putra-putri-indonesia.com
0 comments:
Posting Komentar