Kamis, 19 Agustus 2010

PUASA CERDASKAN EMOSI SEHATKAN MENTAL




ORANG YANG BERPUASA DILATIH AGAR MAMPU MENGENDALIKAN EMOSI

Sebagai salah satu ibadah yang paling agung, puasa merupakan sarana untuk melatih seorang Muslim agar memiliki kecerdasan emosional dan mental yang sehat. Shaum melatih seorang hamba untuk mengendalikan hawa nafsunya dari berbagai godaan.

Ulama terkemuka, syeikh Abdul Azis bin Fathin as-Syyid Nada, mengungkapkan, puasa menggembleng seseorang untuk sabar, tabah, serta merasakan penderitaan orang miskin yang selalu merasa lapar. “Shaum dapat melembutkan hati dan jiwa,” tutur Syeikh Sayyid Nada dalam kitabnya Mausuu’atul Aaadab al-Islamiyah.

Psikiater terkemuka, Prof Fr Dadang Hawari mengungkapkan inti dari ibadah puasa adalah pengendalian diri. Puasa, kata dia, berarti menahan diri dari semua perbuatan-perbuatan keji dan munkar. “Sesungguhnya puasa tidak hanya sekedar manahan lapar dan dahata tapi puasa itu mencegah kamu dari perbuatan keji dan munkar,” tutur Guru Besar Fakultas Kedokteran UI itu.

Menurut Prof Dadang, puasa bukan hanya menahan urusan perut, yakni makan dan minum saja. Namun, kata dia, puasa juga berarti harus mengendalikan syahwat serta seluruh panca indra dan hal-hal yang membatalkan.

Semua harus puas, termasuk pikiran kita diusahakan sejernih mungkin. Jadi, ibadah puasa mampu mengendalikan manusia dari lima hal, yakni madat, minuman keras, main judi, madon (berzina), serta maling (korupsi),” paparnya.

Prof Dadang menambahkan, orang yang berpuasa harus mampu mengendalikan emosi, menurut dia, setiap orang yang hidup pasti memiliki masalah. Untuk itu, lanjut dia, seorang yang shaum harus menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong.

Psikolog Universitas Indonesia, Elly Risman, mengungkapkan, Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa senyum adalah sedekah. Puasa merupakan sarana latihan untuk mengendalikan emosi dan nafsu. Salah satu cara mengendalikan emosi adalah dengan tersenyum.

Ternyata dengan analisa neurosains, senyum itu menjadi sedekah pertama buat otak. Bagaimana? Karena ketika tersenyum otot-otot itu mengkerut dan mengkerutnya otot itu membuat terhenti suplai oksigen ke pembuluh darah terdekat. Berhentinya suplai oksigen ke pembuluh darah menyebabkan batang otak menjadi dingin. Batang otak yang dingin akan mencetuskan keluarnya kelenjar seretonin yan gatiagresifitas,” papar pimpinan Yayasan Buah Hati itu.

Menurut dia, puasa sudah ditentukan untuk mengontrol nafsu makan, minum, seks, dan semua nafsu, termasuk nafsu amarah. Lalu bagaimana cara mengontrolnya? “Berilah sedekah pada otakmu tersenyum. Coba kalau saya tersenyum kepada anda, pasti akan membalas senyum saya.”

Jadi, papar Elly, dengan senyum itu, kita memberikan enzim vitamin buat otak sendiri, sekaligus bersama itu saya memberikan enzim atau hormon atau vitamin utnuk otak orang lain. Jadi, sesungguhnya Maha Besar Allah, karena senyum benar-benar sedekah.

Pada saat marah, tutur Elly, otot mengeluarkan ortisol atau hormon stres. Hormon itu akan mematikan sel otak dan embuat umu seseorang berkurang beberapa menit. Makanya, lanjut dia, puasa mampu mengendalikan emosi, sehingga seseorang bisa berumur panjang.

Menurutnya, puasa bukan hanya untuk mengontrol perut. Ibarat mobil dipakai terus, bagaimana caranya supaya masuk bengkel agar organ-organ di perut bis aintirahat. Puasa, papar dia, seharusnya membuat otak menjadi lebih baik. Elly menegaskan, semua sumber kehidupan itu adlaah otak.

Orang yang berpuasa dengan baik, lanjut dia, akan semakin cerdas. “Semakin baik hati dan semakin panjang umur karena otaknya semakin sehat. Asal banyak senyum,” unkapnya. Elly mengingatkan hendaknya dengan ibadah puasa ini mau bersedekah dengan senyuman.

Dr Ary Fachrial Syam SpPD, konsultan lambung dan pencernaan FKUI, mengatakan, puasa mampu mengedalikan diri. Dengan mengendalikan diri, papar dia, tingkat stress pad aseseorang akan menurun. Menurut dia, orang-orang yang mampu mengendalikan stress memiliki usia yang lebih panjang. Kemampuan mengendalikan stres, kata dia, bisa meningkatkan daya tahan tubuh.

Syeikh Maulana Muhammad Zakaryya al- Kadahlawi mengungkapkan, Ramadhan adalah bulan kesabaran. Sehingga, orang-orang berpuasa dilatih untuk menjaga kesabaran. Orang yang sabar akan memiliki emosi dan mental yang sehat. Sehingga, mereka terhindar dari perbuatan keji dan munkar.

Selain itu, shaum juga mengasah empati dan kepekaan sosial seorang Muslim. Dengan puasa, seseorang akan diajak untuk merasakan penderitaan kaum miskin. Sehingga, timbulah rasa kasih sayang terhadap sesama. Puasa melatih seorang hamba untuk memiliki empati dan kepekaan untuk emmbantu sesama yang membutuhkan. Inilah makna shaum yang sesungguhnya. TABLOID REPUBLIKA

0 comments:

Posting Komentar

Bunda Dan Ananda © 2008 Template by:
bunda dan ananda